Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sindrom Negaholic yang Jauh Lebih Berbahaya dari Toxic

10 November 2022   19:18 Diperbarui: 10 November 2022   19:24 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah bertemu dengan seseorang yang bawaan dirinya negatif melulu? Toxic Person mungkin menjadi kata yang tepat baginya.

Istilah ini telah menjadi viral di zaman now. Sebagaimana artinya, toxic atau racun mengacu kepada manusia yang memiliki pengaruh buruk terhadap lingkungan di sekitarnya, termasuk kita.

Hubungan yang terjalin dengan toxic person kemudian didefenisikan lebih jauh lagi. Bisa berupa hubungan (toxic relationship), lingkungan (toxic environment), pertemanan (toxic friendship) atau apa saja yang membawa pengaruh jelek.

Tapi, seringkali toxic diartikan secara berlebihan. Segala sesuatu yang tidak menyenangkan disebut dengan toxic. Padahal belum tentu lingkungan, orang lain, atau sahabat kita yang bermasalah, tapi justru diri kita sendiri.

Pun halnya dengan seseorang yang berperilaku buruk hari ini, belum tentu begitu pada keesokan harinya. Manusia tidak sempurna dan juga bisa berubah. Kita seharusnya bisa lebih bijak menyikapinya. Bisa saja, ia hanya sedang bad mood saja.

Dengan demikian, toxic bisa seperti tuduhan tak beralasan. Pemberian gelar asal-asalan. Tergantung dari perspektif apa yang dibicarakan. Tergantung dari kepentingan siapa yang diutamakan. Benar gak sih?

Walaupun begitu, orang-orang yang membawa pengaruh buruk itu benar-benar ada. Selalu berpikir dan bertindak negatif, bahkan sudah terbentuk dalam perangainya. Agak sulit diubah.

Benar, jika dilihat dari ciri-cirinya, orang-orang seperti itu sudah pasti toxic. Namun agar tidak salah persepsi, mungkin sudah saatnya untuk mengenal sebuah istilah psikologi yang disebut dengan Negaholic.

Istilah Negaholic dicetuskan oleh Dr. Chrie Carter-scott. Ia adalah seorang pakar perilaku asal AS. Negaholic mewakili karakter seseorang yang selalu berpikir, bertindak, berujar, dan bersikap negatif.

Bukankah setiap manusia memiliki kecenderungan seperti itu?

Benar, tapi sejauh mana batas toleransi yang bisa diberikan. Jika hanya sekali dua kali, tidak dalam batas waktu yang lama, ia bukanlah negaholic. Karena menurut Dr. Chrie, perilaku negatif si negaholic sudah di luar batas kewajaran dan cenderung berulang-ulang. Entah sampai kapan.

Si negaholic tidak saja menyalahkan orang lain, tetapi juga memiliki tendensi untuk memandang rendah diri sendiri. Itu karena si negaholic ini memiliki standar yang tinggi terhadap semua hal, hampir mustahil untuk dicapai. Ia adalah pengagum kesempurnaan. Akibatnya, tidak ada seseorang atau sesuatu pun yang dapat membuat dirinya puas.

Bagi si negaholic, tidak ada hal yang baik dan semua harapan seolah-olah adalah kemustahilan. Itulah mengapa Dr.Chrie mendefinsikan perilaku negatif negaholic sudah di luar batas kewajaran.

Bagaimana Ciri-Ciri Orang yang Menderita Negaholic?

Dilansir dari Intisari-online.com, negaholic bisa bertransformasi dalam empat bentuk di dalam diri seseorang:

Attitude Negaholic

Ciri-cirinya adalah perfeksionis dan tidak pernah merasa puas. Oleh karenanya ia selalu merasa ada yang salah dengan orang lain. Lalu, tanpa disadari ia telah membuat tembok standar yang tinggi untuknya. Jadilah dirinya seperti diktator, baik pada lingkungan kerja maupun dalam keluarga.

Behavior Negaholic

Akibat kekecewaan yang datang bertubi-tubi, si negaholic menyalurkan stresnya untuk hal-hal buruk. Seperti mabuk-mabukan, judi, atau makan berlebihan. Orang seperti ini juga cenderung suka menunda-nunda pekerjaan dan malas bergerak.

Mental Negaholic

Si negaholic sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Sebagai hasilnya, ia akan menjadi minder dan menyalahkan diri sendiri. Ia tidak pernah berhasil karena pola pikirnya yang terbiasa pesimis.

Verbal Negaholic

Terkesan terlalu banyak berbicara. Namun, yang ia ungkapkan adalah hal-hal negatif. Dapat terlihat dalam pemilihan kata-katanya. Cenderung demotivasi dan seringkali mengeluh. Ia bisa membincangkan hal yang sama berulang-ulang, meskipun sudah tidak relevan lagi. Dan yang paling parah, ujarannya bertendensi playing victim (mengasihani diri sendiri).

Lalu apa penyebabnya?

Dr. Chrie mengatakan bahwa stres terselubung adalah penyebab utama. Si penderita negaholic secara konsisten merasakan ketidakpuasan terhadap seluruh kondisi yang ia alami. Ia merasa kewalahan karena harapan-harapannya tidak sesuai kenyataan.

Ia juga mengalami perasaan frustasi, karena apa yang telah ia lakukan sepertinya tidak pernah sesuai hasil. Oleh karenanya, negaholic bisa juga disebut sebagai salah satu jenis gangguan mental.

Namun, ada satu hal yang ingin saya garis bawahi. Sindrom negaholic terjadi karena konsisten mengalami kekecewaan untuk waktu yang sudah lama. Pertanyaannya adalah, seberapa lama dan sesering apa?

Sebagaimana gangguan mental lainnya, sindrom negaholic juga berhubungan dengan trauma masa lalu. Bisa saja berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, atau sekolah.

Bagaimana mengetahui jika saya mengalami sindrom negaholic?

Sejujurnya ini agak susah, karena penderita negaholic pada umumnya tidak mengakui, bahkan tidak menyadarinya. Namun, menurut saya kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri.

Pertanyaan tersebut saya olah kembali, mengambil informasi dari 4 bentuk negaholic yang sudah saya sebutkan sebelumnya, sebagai berikut:

  • Apakah Anda sering kecewa dengan orang-orang di sekitar Anda? (attitude negaholic)
  • Apakah Anda memiliki kebiasaan buruk yang timbul akibat kekecewaan? (behavior negaholic)
  • Apakah Anda sering membandingkan diri Anda dengan orang lain? (mental negaholic)
  • Apakah Anda sering menyampaikan keluhan-keluhan secara terbuka? (verbal negaholic)

Jika Anda menjawab "YA" untuk minimal 3 dari 4 pertanyaan, maka Anda kemungkinan besar adalah Negaholic. Tapi, kabar baiknya saya bukanlah psikolog yang berhak menentukan masalah kejiwaaan Anda.

Yang ingin saya utarakan di sini adalah, kita semua memiliki potensi untuk menjadi negaholic. Karena sejujurnya saya sudah memiliki 2 "Ya" dari 4 pertanyaan.

Lalu apakah yang akan saya lakukan?

Saya sudah terlanjur seperti ini. Terlalu sering berpikir, bertindak, bersikap, dan berujar negatif. Untungnya saya menemukan istilah ini, sehingga langkah selanjutnya adalah jujur kepada diri sendiri.

Saya adalah bagian dari masa lalu, dan sedang bersusah payah mendaki masa depan. Namun saya lupa jika hidup adalah saat ini. Meminjam istilah dari para sahabat meditatorku -- Mindfulness.

Lalu apakah yang bisa saya lakukan selanjutnya?

Saya masih "terganggu" dengan kata "trauma masa lalu." Apakah saya pernah mengalaminya? Entahlah. Sudah terlalu lama sehingga saya pun lupa.

Akan tetapi yang bisa saya lakukan adalah tidak menorehkan luka yang dalam kepada mereka yang saya cintai, kepada anak-anakku. Jadi, mulai sekarang saya akan berubah.

Tidak lagi menjadi orangtua yang menetapkan standar yang tinggi. Tidak lagi menyalahkan anak-anakku terhadap sesuatu yang mereka lakukan. Memberikan pujian untuk hal-hal kecil, dan memberikan nasihat atas segala hal yang belum mereka lakukan.

Negaholic memang mengerikan, tetapi dia akan lebih mengerikan jika kita tidak cepat menyadarinya. Mungkin Anda berpikiran jika kondisimu disebabkan oleh orang lain. Oleh keluarga, oleh teman, atau jejangan oleh keadaan.

Jika Anda tidak mencintai orang lain, paling tidak cintailah dirimu sendiri. Berhenti berperilaku negatif, karena itu bisa menular, membuat orang-orang di sekitarmu merasakan keresahan yang sama.

Dan percayalah... Anda akan semakin tenggelam ke dalam mulut monster yang bernama negaholic.

Referensi: 1 2 

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun