Semenjak menjadi blogger, saya banyak mendapat pertanyaan, "bagaimana ya menjadi seorang penulis yang baik?"
Pun halnya saat saya mengajak seseorang menjadi penulis. Jawaban tersebar dan teranyar yang kudengar adalah, "saya belum bisa menulis."
Saya mencoba membesarkan hati mereka. Bahwa menulis adalah sebuah proses. Bahwa saya juga belajar secara otodidak. Bahwa kaidah menulis yang benar versi PUEBI bisa dipelajari nanti. Dan masih banyak lagi contoh kesederhanaan lainnya.
Tapi, tetap saja masih banyak yang enggan. Jadi, menurut saya memang masalah terbesar untuk menjadi blogger itu adalah soal keinginan. Tidak mampu menulis atau skill belum memadai, hanyalah alasan saja.
Karena pada dasarnya manusia telah belajar menulis sejak masih duduk di bangku SD. Setidaknya apa yang dituliskan itu bisa dipahami. Ngeblog bukanlah seperti membuat jurnal ilmiah berstandar tinggi. Tidak perlu juga terlalu berhati-hati seperti membuat surat resmi.
Kendati demikian, ngeblog juga butuh skill tersendiri. Pemilihan diksi dan gaya tulis seharusnya mudah dipahami. Nah, permasalahannya tidak semua penulis yang mampu seperti itu.
Mau tahu seperti apa? Mau tahu apakah kamu termasuk di dalamnya?
Lihatlah ketikan pada aplikasi chatmu. Sejenis Whatsapp, Telegram, SMS, FB Messengers, atau apa saja.
Jika hanya sekadar, "Min, cek harga dong" itu masih aman. Tapi, bagaimana jika modelnya seperti pesan yang diketik oleh kawanku ini.
"Ada bilang BANYAK maakn supermarket rumah habis stoknya perlu BANYAK simpan uang bawa dompet."
Si pengetik pesan ini ingin mengatakan bahwa pada saat Covid yang lalu banyak orang yang menyerbu supermarket untuk membeli makanan. Dia juga berpesan kepada kita-kita untuk menyimpan uang tunai di dompet.