Warna cerah dan kontras identik dengan gaya berbusana orang Shanghai. Filosofinya pun disematkan sesuai musim. Seperti merah melambangkan musim panas, hijau untuk musim semi, hitam pada saat dingin, dan putih pada saat musim gugur. Â
Lalu pada awal abad ke-20, popularitas Dinasti Qing mulai menurun. Rakyat mulai gerah dengan kekuasan monarki yang semena-mena. Pemberontakan pun mulai terjadi dimana-mana. Termasuk dalam gaya berbusana.
Muncullah Cheongsam seperti yang kita kenal sekarang. Modelnya terilhami dari Shanghai Dress yang dianggap berbeda dari aturan pemerintah. Warnanya lebih cerah, lengan pendek hingga model tank top.
Cheongsam juga memiliki lebih banyak aksesoris bordiran sesuai selera pengguna. Bagia bawahnya juga tidak melulu panjang. Kadang bisa lebih pendek sesuai selera. Secara umum Cheongsham bisa dikatakan versi modern dari Qipao.
Namun Cheongsam tidak terlalu praktis. Bentuknya yang ketat membuat penggunanya sulit berjalan apalagi berlari kencang. Cheongsam juga identik dengan wanita muda yang masih memiliki lekuk tubuh yang sempurna.
Sebagai solusi ada Samfoo. Baju ini adalah versi casual dari Cheongsam. Samfoo sendiri secara harafiah berarti "pakaian sehari-hari (casual dress)." Penamaannya terdiri dari dua kata, yakni Sam (atas) dan Foo (bawahan).
Model Sam pada Samfoo hampir mirip dengan Cheongsam, tapi dengan kancing yang lurus ke bawah. Sementara Foo (Fu) berbentuk celana panjang longgar (trousers) dengan karet pengikat pada bagian piggang.
Selain itu, warna busana Samfoo juga lebih kalem. Warnanya gelap atau putih dan tidak terlalu banyak corak seperti Cheongsam. Bentuknya juga agak longgar tidak ketat di badan.
Tidak sama dengan pakaian wanita, gaya berbusana pria Tionghoa tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Sejak Changshan yang mulai digunakan pada era Dinasti Qing, model yang sama masih dipertahankan hingga saat ini.