Praktik meditasi umum dipahami sebagai kegiatan berdiam diri, duduk bersila, dan memperhatikan napas masuk keluar. Tujuannya untuk mencari ketenangan, dan menjaga pikiran agar tidak mengembara kemana-mana.
Prinsip utamanya adalah hidup saat ini, senantiasa berkesadaran bahwa apa yang lalu tidak bisa kembali dan masa depan bukanlah hal pasti.
Manfaatnya banyak, yang terutama agar emosi negatif tidak mudah bermuculan, sehingga kesedihan, penyesalan, kekhwatiran tidak terpelihara. Lebih lanjut lagi, akar-akar keburukan juga terkikis, seperti keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan ketidakbijaksanaan (moha).
Meditasi adalah melatih pikiran kembali ke asalnya, yakni saat ini. Melalui perhatian penuh kepada aliran napas keluar masuk. Lama kelamaan, kebiasaan ini akan membuat kita lebih eling, fokus, sehingga tidak gegabah dalam bertindak.
Dengan demikian potensi diri akan berkembang dan kita akan dijauhkan dari hal-hal buruk yang menimpa kita. Intinya, meditasi itu bukan sulap bukan sihir.
Meditator hanya perlu tahu, bahwa segala sebab akibat berasal dari diri sendiri. Kemalangan, kebahagiaan, bukanlah faktor yang berasal dari luar sana. Tidak perlu dipermasalahkan.
Segala sesuatu bersumber dari pikiran, oleh karenanya seseorang yang dapat menjadi lebih terampil jika pikiran tidak mudah labil.
**
Tulisan ini saya simpulkan dari beberapa tulisan tentang meditasi oleh para sahabat di komunitas Mettasik. Saya yang bukan praktisi tentu akan lebih mudah memahaminya secara teori.
Dan tulisan ini juga kemudian menepis semua anggapanku terhadap proses meditasi. Sewaktu kecil, saya terlalu sering membaca cersil Kho Ping Ho. Konon para pendekar sakti biasa bersemedi untuk mendapatkan kesaktian.