Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4+4 Sikap untuk Minta Tolong dan Beri Pertolongan

21 Oktober 2022   05:06 Diperbarui: 21 Oktober 2022   05:12 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi minta tolong (sumber gambar: edwardmungai.com)

Sebuah kisah baru saja kudengar dari istriku. Tentang Ivana Trump yang melatih anaknya belajar mandiri. Si anak disuruh bekerja di lapangan golf milik keluarga. "Potong rumputnya, kau akan kugaji 5 dollar per jam."

Si anak protes. Tapi, bukan karena pekerjaan yang harus ia lakoni. Tapi soal upah. "Bisakah dinaikkan menjadi 6 dollar per jam?"

"Baiklah," si ibu menjawab.

"Kenapa kamu tidak memberikanku harga demikian sejak awal?" si anak bertanya.

"KARENA KAMU TIDAK PERNAH MEMINTA TOLONG."

Inilah yang aku bahas pada tulisan ini. Sebabnya kisah tersebut membawa kabar baik sekaligus kabar buruk bagi diriku. Jika istriku tidak pernah lagi meminta sesuatu, artinya kebutuhannya terpenuhi.

Atau ia mungkin prihatin dengan kondisiku, atau takut dimarahi, atau berjuta alasan lain lagi yang membuat dirinya tidak pernah lagi meminta. Tahu diri, Alhamdulilah. Eh...

Kabar buruknya? Sebentar lagi ia akan meminta sesuatu dariku! Amsiong...

Dan dugaanku benar, daftar peralatan rumah tangga yang sudah aus dan akan rusak sekarang berada di hadapanku. Padahal menurut saya, masih baik-baik saja.

Masih mau protes, istriku langsung mengucapkan kalimat pamungkasnya, "saya kan minta tolong."

Nah, sekarang pertanyaannya, pernahkah kamu, kamu, dan kamu meminta tolong? Tentu, hanya sekadar minta tolong mau permisi sudah seringkali dilakukan. Namun, jika sudah menyentuh permasalahan besar. Yang mungkin akan membebankan orang lain, eits... tunggu dulu.

Lalu, seperti apakah yang membebankan itu?

Banyak contohnya. Biasanya sih berhubungan dengan materi, kepemilikan, atau sesuatu yang berharga. Atau sesuatu yang tampaknya sulit dipenuhi demi berbagai alasan. Apakah waktu yang terbuang, tenaga yang terkuras, atau status yang terhormat.

Apakah benar demikian? Bagaimana jika kekhwatiran kita tidak beralasan? Atau jejangan "yang membebankan" itu hanya ada di pikiran kita saja. Padahal meminta tolong tiada bedanya dengan berkomunikasi. Jika tidak terjalin, bagaimana mungkin ada aksi dan reaksi.

Mungkin bisa dimaklumi. Dalam pandangan umum, aksi meminta kerap diasosiasikan dengan ketidakmampuan diri, tidak mandiri, dan seharusnya dihindari.

Sementara dalam beberapa kasus, meminta tolong bisa jadi adalah solusi terbaik. Win-win solution, tidak ada yang dirugikan. Dan yang terpenting, kedua belah pihak bisa mendapatkan pemahaman yang sama dan mengikis mispersepsi.

Apa yang bisa dilakukan?

Marilah kita bahas dari dua sisi yang berbeda. Pada posisi yang meminta tolong dan yang diminta tolong.

Yang Meminta Tolong

Berada pada posisi lebih rendah, bukanlah sebuah aib. Terkadang kita harus sadar jika manusia tidak bisa hidup sendiri. Namun demikian, ada empat hal yang sebaiknya dilakukan:

Tentu yang paling pertama adalah bersikap sopan. Namanya juga meminta tolong, tanpa kesopanan bisa menimbulkan kesalahan

Yang kedua adalah berbicara jujur. Hilangkan seluruh kekhwatiran terhadap penolakan atau penilaian negatif dari yang diminta. Bersikap jujur adalah kunci utama dari sebuah kepercayaan.

Yang ketiga, menjelaskan permasalahan secara terperinci. Apa penyebabnya, solusi yang sudah ditempuh, dan mengapa harus meminta tolong.

Yang keempat, bersiap-siap kecewa. Dalam arti penolakan bisa saja terjadi. Yang dimintai tolong belum tentu bisa menjadi dewa penyelamat. Jika memang demikian, janganlah marah apalagi membenci.

Terkadang meminta tolong bisa memberikan solusi yang tidak sama seperti yang dinantikan. Misalkan, alih-alih memberikan bantuan, bisa saja yang didapat adalah nasihat bijak atau informasi yang bermanfaat.

Sejatinya, setiap informasi adalah bentuk pertologan. Jika Anda jeli, maka itu bisa saja menjadi solusi dalam permasalahan yang paling mendasar.

Yang Diminta Tolong

Banggalah, karena Anda masih dilirik sebagai seseorang yang mempunyai kelebihan. Sadarlah bahwa roda berputar. Selama kita masih bisa menolong maka itu adalah berkah.

Sama seperti pada posisi Yang Meminta, jika Anda kebetulan diminta pertolongan maka ada empat hal juga yang harus jadi perhatian:

Yang pertama, hindari pikiran negatif. Tidak semua hal yang direpotkan kepadamu adalah beban. Karena dengan berpikir negatif, dengan sendirinya kamu sudah menutup pintu kebajikan.

Kedua, harus jujur. Dalam banyak hal kita sudah cukup terbebani dengan kondisi dan situasi. Jika memang tidak mampu, sebaiknya berkatalah yang sejujurnya. Itu akan lebih memudahkan.

Ketiga, jangan tidak enak hati. Jangan memberikan janji-janji surga karena tidak enak menolak. Atau memberi pernyataan mengambang dengan harapan yang meminta akan tahu diri. Atau yang lebih parah lagi, hubungan pertemanan diakhiri hanya karena tidak merasa nyaman. Ingat, itu sangat menjerumuskan.

Yang keempat, jangan melibatkan orang lain. Jika tidak mampu menolong, cobalah bantu dirinya untuk memberikan solusi semampumu. Tapi ingat ya, solusi itu bukan melempar tanggung jawab. Misalkan ada seseorang yang ingin meminjam uang kepadamu, mohon agar jangan memberikan nama lain jika kamu tidak mampu.

Solusi yang diberikan seharusnya berhubungan dengan dirinya sendiri. Seperti nasehat atau informasi umum lainnya yang mungkin belum diketahui oleh dirinya.

**

Memang harus diakui, meminta tolong itu memberatkan. Tapi, itu juga fakta yang tidak bisa diabaikan. Selalu ada pro kontra yang terjadi. Pikiran positif dan emosi negatif bercampur menjadi satu.

Walaupun demikian, berterus terang adalah hal terbaik yang bisa dilakoni. Daripada berkutat dengan asumsi tidak jelas, akhirnya hal yang diinginkan pun tidak akan terjadi.

Padahal solusinya mungkin sederhana, "KARENA KAMU TIDAK PERNAH MEMINTA TOLONG."

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun