Nah, ini lima jenis penulis topil. Kamu termasuk golongan yang mana?
Sekali lagi buat pengelontong palu gada macam acek, aksi ini sah-sah saja. Acek akan memberikan contoh. Misalkan headset lagi laku-lakunya di pasaran. Tentu saja Acek juga akan menjual headset di toko.
Bukan hanya model korea yang harganya selangit. Tapi, juga kawe dua, kawe tiga, hingga kawe-kawe 69. Biar lebih banyak pilihan bagi konsumen toko Acek.
Begitu pula modelnya. Dari yang konvensional hingga yang dicolok di hidung, semuanya disediakan. Biar bisa digunakan oleh mereka yang hidup beradab hingga mereka yang akan mati dengan azab.
Nah, tidak ada yang salah bukan?
Tapi, akan menjadi salah jika acek sebagai tauke toko kelontong juga mengklaim bahwasanya dirinya juga adalah seorang dokter, hakim, bahkan emak yang sedang menyusui.
Lah, bedanya apa Acek?
Bedanya, jika kamu, kamu, dan kamu adalah pengelontong sejati, maka seharusnya referensi disertakan pada setiap tulisan. Tapi, jika referensi tidak ada, tiada bedanya dirimu dengan si punguk yang mengaku sudah pernah ke bulan. Â Â
Jadi, Acek setuju dengan pernyataan Engkong tentang banyaknya petelor yang bukan ayam di Kompasiana. Tapi, harus diingat. Kualitas petelor itu banyak. Pilihan berada di tanganmu. Apakah akan menjadi kualitas nomor wahid atau berada pada posisi 69 yang bikin merem-merem. Â
Bagi Acek sendiri kualitas diukur dengan banyak standar. Tapi standar yang paling tinggi adalah kejujuran. Jadilah penulis topil yang mengeram dengan sepenuh hati. Asal jangan melenguh terlalu keras, nanti engkong Felix terangsang. Eh...
**