Menurut manajemen JKT 48, J-Pop dianggap sudah tidak bisa menjamin masa depan JKT 48. Sejak 2010, invasi K-Pop, drakor, dan film telah menunjukkan kedigdayaannya.
Sepanjang 2021, terdapat 7,8 miliar tweet tentang K-Pop di seluruh dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang terbanyak. Bahkan di Jepang, industri hiburan di sana masih terkesan menjadi kelas dua. Popularitas mereka kalah dengan Korea Selatan.
Tentunya Jepang juga tidak tinggal diam. Kampanye "Cool Japan" sudah bergaung sejak satu dekade silam. Jargon tersebut seolah-olah menjadi genderang perang dari Jepang atas invasi Korean Wave yang telah terjadi secara sistematis.
Hasilnya? Sepertinya Jepang kalah telak.
Korea Selatan telah berhasil mengubah persepsi dunia tentang Korea Selatan melalui industri hiburannya. Pemerintah bekerja melalui lembaga yang bernama Korean Cultural Centre (KCC).
Sementara pelaksanaan di lapangan dilaksanakan oleh Korea Creative Content Agency (KCCA). Mereka bertugas untuk mempromosikan industri hiburan, sekaligus budaya Korea di seluruh dunia.
Strategi ini terbukti berhasil. Korean Wave tidak saja berhasil mengangkat nama negara, menciptakan basis penggemar drakor dan K-Pop di seluruh dunia, tapi juga membuat produk-produk Korea laku di pasaran.
Salah satu contoh datang dari perusahaan mobil Hyundai. Ioniq, produk terbarunya berhasil meraup 90% pasar mobil elektrik di Indonesia. Kualitas adalah satu penyebab, tetapi jangan remehkan pengaruh BTS di Indonesia.
"Jika Indonesia menganggap budaya Korea itu "cool" maka konsumsi produk Korea Selatan juga akan terstimulasi," ujar seorang official KCC dikutip dari sumber [1]
Dan memang strategi ini penting bagi Korea Selatan. Sejak pertama kali dibentuk KCC dan KCCA bagaikan dua lembaga yang tak terpisahkan.
Sementara Jepang sendiri masih berjibaku dengan strategi besarnya. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang mendapatkan tanggung jawab utama untuk mempromosikan budaya Jepang di seluruh dunia. Salah satunya adalah melalui industri hiburan.