Yang ketiga, ia bisa membuat 11,89 juta jiwa penduduk Burundi, negara termiskin di dunia menjadi kaya hanya dengan mengeluarkan tidak sampai 1% dari pundi-pundinya.
Bahkan jika Elon Musk mau lebih bermurah hati, maka ia bisa membuat 241 juta jiwa dari 10 negara termiskin di dunia hidup sejahtera. Ia cukup mengeluarkan tidak sampai 50% dari total hartanya.
Jadi, maukah Anda menjadi sekaya Elon Musk? Jika iya, maka kamu termasuk orang aneh. Mengapa?
Karena sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Bath, menyatakan bahwa dari 8.000 orang yang disurvei di 33 negara, mayoritas sebanyak 86% menolak ingin sekaya Elon Musk.
Mereka lebih memilih jumlah yang jauh di bawah itu untuk hidup sejahtera. Besarannya? Beberapa negara memilih angka 10 juta USD, setara dengan sekitar 145 miliar rupiah. Beberapa wilayah lagi justru di bawah itu, hanya US$ 1 juta saja.
Mengapa demikian? Menurut para responden, uang yang terlalu banyak justru bikin pusing. Sebagian besar dari mereka sudah memahami kebutuhan mereka. Angka yang mereka sebutkan cukup mewakili.
Dengan demikian, bisa dikataka jika prinsip ekonomi yang mengatakan bahwa manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas, belum tentu benar.
Lalu, bagaimana dengan kawan saya? Mengapa dalam 10 tahun standar keinginan kayanya bisa berubah? Tentu saja banyak faktor pendukung yang saya sendiri tidak paham.
Tapi, ada yang menarik dari penelitian Bath tersebut. Total 86% responden yang tahu apa yang mereka mau kebanyakan berasal dari negara yang individualistik, seperti Inggris dan Amerika.
Sementara Indonesia dengan kondisi masyarakatnya yang kolektif, ternyata merupakan salah satu penyumbang terbesar dari 14%. Jadi, ternyata banyak orang Indonesia yang mau menyaingi Elon Musk.
Apakah ini gegara banyak orang serakah di Indonesia? Tidak sobat, Salah satu penyebab terbesar justru datang dari ketidaksetaraan. Jurang pemisah antara si kaya dan miskin masih terlalu besar, sehingga banyak orang yang bingung, berapa banyak sih uang yang betul-betul ia inginkan.