Lama kelamaan kabar mengenai Busang mulai tersiar jelas. Kroni Soeharto pun tertarik. Bre-X tidak punya banyak pilihan. Melawan pemerintah Orde Baru sama dengan mati konyol. Perusahaan itu dengan cepat bekerja sama dengan PT. Panutan Daya asal Indonesia.
Perusahaan milik Sigit Hardjojudanto, putra Soeharto tersebut ditunjuk sebagai konsultan teknis dan administrasi. Juga dijanjikan saham jika penambangan Busang resmi dieksplorasi. Konon Bre-X sampai harus mengeluarkan US$ 1 juta per bulan untuk penunjukan itu.
Tidak berhenti sampai di situ. Aksi tipu-tipu Guzman mampu menarik perhatian Bob Hasan, pengusaha papan atas yang dekat dengan Soeharto. Secara diam-diam Bob Hasan mengakuisisi 50% saham PT. Askatindo Karya Mineral. Perusahaan ini adalah pemegang resmi hak penambangan Busang.
Lalu pada Maret 1997, Presiden Soeharto menerima memo. Asalnya dari Amerika Serikat. Ini ada hubungannya dengan Freeport, meski tidak langsung bersinggungan.
Pemerintah Indonesia pun mengubah izin eksplorasi Busang. Freeport harus terlibat. Bre-X harus rela hak pengelolaanya menyusut hingga 45%. Sahamnya pun turun drastis.
Tapi, itu bukan akhir. Masih ada yang lebih tragis.
Setelah melakukan beberapa kali pengeboran di Busang, Freeport tidak menemukan emas yang disebutkan. Freeport menuntut Guzman penjelasan.
Guzman pun berangkat ke lokasi penambangan. Menggunakan helikopter, dan hanya berdua dengan pilot. Penjelasan resmi dari Guzman tidak kunjung ada. Ia terjatuh dari helikopter sebelum tiba di Busang. Guzman bunuh diri.
Beberapa hari kemudian, tim SAR menemukan jasad Guzman. Tidak berbentuk, busuk, dimakan binatang liar. Ia langsung dikuburkan tanpa otopsi. Keluarganya pun tidak diizinkan untuk melihat jenasahnya.
Namun, Bondan "Maknyus" Winarno, jurnalis senior mencurigai kematian Guzman. Hasil investigasinya ia bukukan dengan judul; "Bre-X, Sebongkah Emas di Kaki Pelangi."
Buku setebal 280 halaman ini membongkar sepak terjang penipuan Bre-X. Mulai dari awal hingga akhir. Ia juga mencurigai jika Guzman tidak benar-benar mati. Ahli Geologi licin tersebut ditenggarai masih berkeliaran bebas. Entah di mana, bisa saja di Indonesia.