Banyak yang menanggapi keras, tapi ada pula yang mendukung. Ada yang tidak merasa nyaman, dan ada juga yang memberikan jempol. Sebabnya objek yang diunggah mewakili keyakinan beragama dan juga martabat bangsa.
Yang pasti, benih perpecahan mulai tercipta.
Bagaimanapun juga agama Buddha adalah agama yang sah di negeri ini. Begitu pula dengan Jokowi, beliau adalah presiden pilihan rakyat.
Ya, mungkin saya paham. Bapak adalah politikus. Sesekali perlu membuat sensasi tentang isu yang sedang menjadi polemik di Indonesia. Bapak juga tentu tidak bermaksud menghina umat Buddha, karena unggahan tersebut bapak ambil dari akun orang lain.
Mungkin juga bapak tidak peduli dengan status mantan Menteri bapak yang seharusnya terhormat, bahkan mengabaikan implikasi sosial yang berasal dari jutaan pembaca medsos bapak.
Dan mungkin juga bapak tidak terlalu mengkhwatirkan amarah dari kaum minoritas Buddha, semacam diriku. Bagi kami, melatih kesabaran diri sendiri itu lebih utama daripada misuh-misuh cari sensasi.
Tapi...
Sejak zaman kemerdekaan, para pemimpin bangsa telah menyadari sebuah potensi bahaya laten. Warisan kolonialisme yang tidak akan lekang oleh waktu -- memecah belah bangsa. Menimbulkan dikotomi bahwa perbedaan itu adalah masalah besar.
Makanya, diciptakanlah Pancasila yang menjadi pilar ideologis negara Indonesia. Dan jelas tertera tulisan Bhinneka Tunggal Ika padanya - berbeda-beda tetapi tetap bersatu.
Meskipun diletakkan di kaki gambar Garuda, ideologi tersebut bukan untuk diinjak-injak, tetapi untuk dijadikan pijakan.
Sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita menghargai visi para pendiri bangsa dengan lebih menghargai perbedaan.