Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka kepada Bapak Roy Suryo

14 Juni 2022   05:46 Diperbarui: 14 Juni 2022   05:57 4239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Terbuka Kepada Bapak Roy Suryo (gambar: pikiran-rakyat.com)

Yth, Bapak Roy Suryo

Mungkin saja bapak tidak mengenal diriku, meskipun kita pernah bersama dalam satu grup perpesanan. Tapi yang pasti saya mengenal bapak, sebabnya bapak adalah mantan Menteri yang terhormat.

Di grup perpesanan yang telah bapak tinggalkan tersebut, bapak cukup rajin menyapa. Tentu saja penting, banyak orang hebat di sana. Dari pimred media utama, motivator terkenal, pengusaha sukses, hingga politikus besar.

Tidak ada sekat di sana, canda tawa terasa begitu lepas. Tidak ada satu pun anggota yang merasa lebih rendah dari yang lainnya.

Padahal jika mau ditilik, perbedaan status dan jabatan jelas ada. Ada yang bukan siapa-siapa sebagaimana diriku, ada pula figur publik terkenal seperti bapak.

Begitu pula dengan warna kulit dan agama. Kita terdiri dari perbedaan, tapi seharusnya memang begitu. Karena Indonesia adalah negara yang majemuk. Saya senang berada di sana, sebagaimana rasa cintaku terhadap negeri ini.

Lalu setelah sekian lama kita tidak saling menyapa, sore ini saya mendapat kabar tentang kiprah bapak di media sosial. Sebuah unggahan tentang Borobudur. Stupa Sang Buddha telah berubah bentuk, wajahnya mirip Presiden RI Joko Widodo.

Terlampir pula sebuah caption dari bapak. Saya kutip, "Mumpung akhir pekan, ringan2 saja twitnya. Sejalan dgn Protes Rencana Kenaikan Harga Tiket naik ke Candi Borobudur yg DITUNDA itu, Banyak Kreativitas Netizen mengubah salahsatu Stupa terbuka yang ikonik di Borobudur itu, LUCU, he-3x AMBYAR."

Ah, tentu saja mantan kawan-kawan bapak di grup perpesanan bisa memaklumi. Sejak pertama kehadiranmu di sana hingga pergi meninggalkan kami, bapak memang rajin bergurau.

Sayangnya unggahan bapak di Twitter itu dibaca oleh khayalak se-Nusantara. Bahkan hingga melewati batas negeri ini. Lalu apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun