Menarik bukan?
Semakin menarik lagi setelah mengetahui fakta bahwa Swiss bukan satu-satunya negara yang mengadopsi sistem ini. Sudah lebih dari 34 negara yang telah memulai atau paling tidak mempertimbangkannya.
Di antaranya adalah Inggris Raya yang paling siap. Sistem ini sudah berlangsung tidak lama setelah Swiss meluncurkannya. Lalu ada juga AS, Jepang, Zelandia Baru, Yunani, dan Spanyol yang sudah mulai terbiasa.
Di Asia, adalah India yang memulainya lebih dulu. Pada tahun 2019, proyek percontohan sudah dalam tahap uji coba. Hingga 2021 lalu, telah tercatat 500 pengguna dari sistem ini.
Di Asia Tenggara, Singapura yang sudah berada pada tahap persiapan. Jika tidak ada halangan, dalam waktu dekat konsep ini akan diluncurkan. Â
Konsep bank waktu ini bukanlah hal baru di Swiss. Tapi, bagi sebagian negara, masih terasa asing. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah bagus jika dijalankan?
Menurut saya tidak perlu dulu. Sistem ini memang bagus untuk mendisiplinkan anak muda untuk belajar menghargai waktu. Akan tetapi bukankah sejak dulu kita sudah mengenal budaya tepa seliro?
Membantu sesama adalah kebaikan yang paling dasar. Mengajarkan manusia untuk bersikap altruistik. Memberi perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa mengharapkan balasan kembali.
Konsep Bank Waktu tidak hanya membiasakan kita untuk selalu hitung-hitungan. Ia juga mengajarkan untuk benar-benar menghargai "time is money." Alias tidak ada yang gratis di dunia ini, termasuk ketulusan.
**