Ada sebuah jargon dalam bahasa Inggris yang cukup terkenal, time is money. Artinya jelas, waktu adalah uang. Pepatah ini digunakan untuk menggambarkan bahwa setiap detik itu begitu berharga, sehingga bisa "diuangkan."
Mungkin saja nasehat ini ditujukan kepada mereka yang malas gerak. Atau mungkin saja pepatah ini lebih cocok bagi mereka yang berpenghasilan tinggi. Tapi bagi manusia pada umumnya, waktu belum tentu berkorelasi langsung dengan uang.
Seperti waktu yang Anda luangkan untuk aksi sosial, menjaga orang tua, atau mungkin sekadar mengurus anak tetangga. Semuanya tentu dilakukan secara sukarela atas azas kemanusiaan.
Tapi, bagaimana jika waktu sosial yang digunakan tersebut kemudian bisa dihitung nilai finansialnya dan disimpan pada sebuah institusi yang bernama "bank waktu?"
Bukan dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk waktu. Â Â
Suatu saat nanti, Anda bisa menggunakannya sebagai alat pembayaran. Tentunya bukan untuk membeli barang, tapi berbelanja waktu dari orang lain.
Kedengarannya gila? Iya, tapi sayangnya sudah menjadi kenyataan.
Pemerintah Swiss sudah melakukannya sejak dua dekade yang lalu. Idenya berawal dari keresahan pemerintah Swiss terhadap masalah kaum jompo di negara tersebut. Terlalu banyak orang tua yang tinggal sendiri, dan mereka perlu diurus.
Lalu, siapa yang bersedia? Mungkin tidak banyak. Paling pekerja sosial yang dibayar sesuai pekerjaannya. Itupun jumlahnya terbatas.
Atas dasar itulah, Kementerian Kesehatan Swiss  meluncurkan sebuah konsep yang dinamakan Time Bank (Bank Waktu). Dimana waktu yang Anda luangkan sebagai pekerja sosial untuk mengurus para jompo, benar-benar dinilai dan tercatat pada buku rekening waktu Anda.
Lantas, gunanya apa?
Suatu waktu nanti, kamu mungkin akan menghadapi kondisi yang sama dengan para orang tua yang kamu urus. Sepi sendiri, jauh dari anak cucu. Pada saat itulah Anda membutuhkan waktu dari orang lain.
Apakah hanya sekadar mengantarmu berbelanja, menggunting rambutmu, membawamu ke dokter, atau hanya sekadar menemanimu kongkow-kongkow saja.
Pada saat itulah, Anda bisa mulai menggunakan saldo tabungan waktumu. Membeli waktu orang lain sesuai kebutuhanmu. Waktu yang Anda gunakan sewaktu muda untuk melayani orang tua bisa Anda gunakan sekarang. Perbandingannya cukup sederhana, satu banding satu.
Sayangnya, tidak semua orang yang tertarik dengan konsep ini. Beberapa orang benar-benar tidak berminat mengurus para jompo. Khususnya para kaum muda yang belum terlalu memikirkan masa tua nanti.
Lalu pemerintah Swis pun berinovasi.
Untuk mengumpulkan saldo di bank waktu, tidak hanya dari mengurus orang tua saja. Tercatat ada lebih dari 40 jasa yang bisa ditukarkan dengan sistem ini. Bentuknya kebanyakan adalah aksi sosial kemasyarakatan.
Waktu yang mereka tabung juga tidak perlu digunakan berpuluh-puluh tahun kemudian. Jika mereka ingin menikmatinya sekarang, ada beberapa produk dan jasa yang bisa ditukarkan dengan saldo waktu. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, tabungan waktu yang mereka kumpulkan bisa juga diuangkan.
Sebagaimana bank sungguhan, Anda bisa memilih jasa perbankan yang Anda inginkan. Minimal ada 12 aplikasi yang bisa diunduh. Selain berfungsi sebagai layanan perbankan waktu, ada juga informasi pekerjaan, jika saldo waktumu sudah mulai berkurang.
Selain itu, bank waktu di swiss juga berlaku sebagai sebuah klub komunitas. Jika Anda kesepian dan ingin mencari kawan, silahkan melihat daftar aktivitas yang disediakan oleh para penyedia jasa.
Secara regular bank waktu megadakan pertemuan rutin di antara para anggotanya. Anda bisa bertemu kawan baru di sana, saling bertukar informasi, dan bertransaksi poin, barang, serta jasa.
Menarik bukan?
Semakin menarik lagi setelah mengetahui fakta bahwa Swiss bukan satu-satunya negara yang mengadopsi sistem ini. Sudah lebih dari 34 negara yang telah memulai atau paling tidak mempertimbangkannya.
Di antaranya adalah Inggris Raya yang paling siap. Sistem ini sudah berlangsung tidak lama setelah Swiss meluncurkannya. Lalu ada juga AS, Jepang, Zelandia Baru, Yunani, dan Spanyol yang sudah mulai terbiasa.
Di Asia, adalah India yang memulainya lebih dulu. Pada tahun 2019, proyek percontohan sudah dalam tahap uji coba. Hingga 2021 lalu, telah tercatat 500 pengguna dari sistem ini.
Di Asia Tenggara, Singapura yang sudah berada pada tahap persiapan. Jika tidak ada halangan, dalam waktu dekat konsep ini akan diluncurkan. Â
Konsep bank waktu ini bukanlah hal baru di Swiss. Tapi, bagi sebagian negara, masih terasa asing. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah bagus jika dijalankan?
Menurut saya tidak perlu dulu. Sistem ini memang bagus untuk mendisiplinkan anak muda untuk belajar menghargai waktu. Akan tetapi bukankah sejak dulu kita sudah mengenal budaya tepa seliro?
Membantu sesama adalah kebaikan yang paling dasar. Mengajarkan manusia untuk bersikap altruistik. Memberi perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa mengharapkan balasan kembali.
Konsep Bank Waktu tidak hanya membiasakan kita untuk selalu hitung-hitungan. Ia juga mengajarkan untuk benar-benar menghargai "time is money." Alias tidak ada yang gratis di dunia ini, termasuk ketulusan.
**
**
Acek Rudy for Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI