Meminta semua pengunjung untuk duduk sesuai nomor kursi yang tertera pada tiket masuk.
Tapi, tetap saja semuanya berdiri...
Di samping kami bahkan ada sekitar 3-4 orang pemuda yang berdiri di sana. Mereka panitia, demikian pikirku. Ternyata dugaanku salah. Ketika saya berdiri untuk buang air kecil, laksana serigala, si India ini langsung mengisi kursiku. Amsiong...
Perdebatan pun terjadi, saya tidak mau kalah. Tapi, sepertinya ia tidak mengerti bahasa Inggris. Untungnya ada panitia yang melihatnya. Bahasa India campur gertakan mampu membuatnya berdiri. Kursiku pun aman.
Setelah sejam delay, acara akhirnya dimulai. Tidak peduli lagi para undangan yang masih berdiri tegap di tengah stadium. Mungkin sudah begitu tabiat di sana. Entahlah.
Acara dibuka oleh tari-tarian ala Bollywood. Meriah terlihat dengan cahaya lampu warna-warni.
Pertunjukan selanjutnya adalah dari seorang anak berusia 12 tahun. Ia adalah juara internasional panahan yunior dari India. Pembawa acara memintanya untuk memanah sasaran yang sudah disiapkan.
Lesatan pertama, penonton bertepuk tangan. Lesatan kedua, demikian juga. Lesatan ketiga, tidak kalah meriah.
Tiga anak panah seharusnya cukup menghibur. Pembawa acara pun menghampiri sang anak yang berdiri bersama ayahnya. Memintanya untuk berhenti.
Ternyata belum selesai. Sang ayah kelihatan tidak senang. Ia berargumen dengan pembawa acara. Misuh-misuh sambil menunjuk ke arah tempat anak panah. Astagafirullah, mungkin ada sekitar lima puluhan.
Pembawa acara pun mengalah. Sang anak menghabiskan waktu hampir setengah jam di atas panggung untuk melesatkan 50an anak panah pada sasarannya.