Aku anak jalanan
Anak sesosok jalang
Ibuku diperkosa binatang
Jadilah diriku, si hina jahanam
Hanya sebulan aku diberi waktu
untuk mengenal dunia baru
Sebulan kemudian takada lagi yang tahu
Dunia tak lagi mengenaliku
**
Aku anak keparat
Lahir dari rahim yang bejat
Menjadi bangsat
Mungkin memang dulu aku kuwalat
Hanya dua bulan aku bertarung
Sebelum kaki ini buntung
Diikat tali oleh si buyung
Ia senang melihatku kesakitan meraung
**
Aku anak terbuang
Anak lancang
Itu kata si ujang
Yang senang melihatku pincang
Hanya tiga bulan aku bisa merenung
Sebelum mataku ditusuk jarum
Sakitnya benar-benar tak terbendung
Hingga aku terhuyung di antara wajah-wajah yang tersenyum
**
Aku anak hina
Tanpa kaki dan juga mata
Hidup mengais duka
Bertahan dari makanan sisa
Hanya empat bulan aku bisa makan
Sebelum aku kehilangan rahang
Si baba lagi senang
Terbahak-bahak ketika aku memohon ampun kepada si abang
**
Aku anak kucing
Bukan jahanam
Bukan bangsat
Bukan juga mahluk hina
Paling tidak itu yang aku kuping
Dari seorang ibu budiman
Yang sedang melantunkan shalawat
Sesaat sebelum aku menutup mata.
**
Puisi ini terinspirasi dari perbincangan tentang ulah manusia terhadap kucing jalanan di grup penulis KPB dan Mettasik.
Didedikasikan kepada seluruh mahluk Tuhan yang mendapat perlakuan kejam dari manusia.
**
Catatan:Â Puisi ini hanya fiksi belaka, kesamaan nama hanyalah kebetulan
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H