Padahal Rusia bukanlah negara yang agresif saat ini. Ia sudah tidak lagi getol bersaing dengan Amerika sebagaimana zaman Soviet dulu. Istilahnya, Perang Dingin sudah selesai.
Justru sebaliknya, Rusia melihat Amerika dan NATO menggunakan cara-cara yang sangat agresif dalam merekrut anggotanya.
Tidak pakai waktu lama, setelah Pakta Warsawa dibubarkan, keanggotaan NATO membengkak. Dari 12 menjadi 30. Beberapa di antaranya bahkan eks anggota Pakta Warsawa.
Terlepas dari candaan Putin kepada Clinton tentang keanggotaan NATO, hal tersebut bukan yang pertama kali.
Pada 1940an, Uni Soviet pernah mempertimbangkan untuk bergabung. Saat itu, paham Komunisme belum menjadi isu utama. Yang dikhwatirkan justru kebangkitan Nazi, usai mereka kalah perang.
Awalnya serius, hingga akhirnya Soviet mencium adanya akal bulus. Entah mengapa, dengan menghilangnya NAZI, Amerika dan Inggris sepertinya ingin mencari lawan baru.
Dimulainya dari diplomasi Big Three (Amerika, Inggris, dan Rusia). Topiknya tentang Polandia. Soviet menginginkan agar Polandia secara de facto berada di bawah pengaruhnya.
Alasannya, secara historis, dua kali Soviet diinvasi melalui Polandia. Namun, Amerika dan Inggris tidak mau. Mereka mengatakan jika Polandia-lah yang menjadi alasan mereka berperang dengan Jerman.
Polandia terletak persis di perbatasan Soviet. Hal sama yang menyebabkan Putin melakukan agresi militer ke Ukraina. Ia marah terhadap NATO karena Ukraina berada persis di depan pintu masuknya.
Lalu sebuah pidato Churchil pada tahun 1946 memperparah situasi. Dia mengatakan jika setelah Hitler tidak ada, masih ada hantu diktator baru yang muncul di Eropa, yakni Stalin.
Truman pun tidak kalah nyeleneh. Presiden Amerika tersebut menunjukkan sikap yang sangat tidak bersahabat terhadap seluruh delegasi Soviet yang ia temui.