Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ramadhan Sebentar Lagi, Bahan Pokok Sisa Menghitung Hari

1 April 2022   03:48 Diperbarui: 1 April 2022   03:50 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan Sebentar Lagi, Bahan Pokok Sisa Menghitung Hari (gambar: money.kompas.com)

Puasa sebentar lagi. Ramadhan sudah mendekati. Ada fenomena yang siap-siap dihadapi. Harga bahan pokok naiknya meninggi.

Tapi, Puasa tahun ini rasanya lebih perlu bermawas diri. Harga minyak goreng menerpa bak tsunami, menimbulkan pertanyaan di hati. Bagaimana dengan kawanan sembako lainnya?

Di pasar sudah ada indikasi. Tercatat cabai merah dan rawit. Bawang merah, putih, dan daging sapi juga ikut berpartisipasi. Telur dan ayam apalagi.

Lalu yang tidak termasuk dalam kategori sembako juga ikut-ikutan. Dari sayuran, tempe, kentang, hingga kacang-kacangan.

Kenaikannya? Sudah naik pokoknya. Bisa bervariasi dan belum terprediksi. Semuanya terupdate di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PHIPS).

Jadi ingat zaman bapakmu. Menteri Penerangan tiap hari berkoar-koar di TVRI dan juga RRI. "Harga cabe sekian... Harga bawang segitu... Harga minyak, lebih enak zamanku toh..."

Soalnya stabilitas harga bahan pokok emang harus dijaga. Istilah bapak guruku adalah Ketahanan Pangan. Katanya harga harus stabil dan stok harus ada.

Tapi, Harmoko pun kalah kalau sudah mau lebaran. Mau diikat, direkat, dilipat, atau diberi jimat. Tetap saja, bakalan meroket.

Apa sebabnya?

Hukum kebutuhan dan penawaran

Logika ekonomi sederhana, ya. Menjelang lebaran banyak yang butuh makanan. Dengan persediaan "normal" pun tidak akan mencukupi. Harga tetap akan terdongkrak naik.

Masalah impor

Ada juga lho harga naik yang terjadi secara generik. Dalam arti, dengan atau tanpa kenaikan permintaan, harganya sudah naik. Sebelum atau sesudah lebaran, barangnya tetap kosong.

Hal ini disebabkan karena bahan tersebut masih dalam kategori impor. Sebagai contoh adalah bawang putih dari China dan daging sapi dari Australia. (sumber: Kompas.com).

Begitu pula dengan harga gandum akibat dua negara sumber utamanya (Rusia dan Ukraina) sedang berkonflik (sumber: Kompas.com)

Tentu saja kurs dollar dan faktor situasi luar negeri akan sangat berpengaruh dengan harga, dan juga ketersediaan di dalam negeri.

Masalah transportasi

Indonesia adalah negara agraris, wilayahnya luas. Terpisahkan juga oleh lautan. Sumber pangan bisa berasal dari mana saja, tapi saat distribusi dilakukan, ongkos transportasi menjadi masalah.

Meskipun ini adalah masalah klasik, dan pemerintah sudah mencanangkan pembangunan infrastruktur yang mumpuni, tetap saja akan jadi isu utama saat lebaran nanti.

Masalah cuaca

Pangan berasal dari hasil panen. Iklim mempengaruhi. Ditambah lagi, infrastruktur dan teknologi pertanian di beberapa tempat belum cukup memadai.

Mau kering yang menggerus atau hujan yang terus menerus, jika kondisi cuaca tidak bersahabat, nyanyikan saja lagu bang Ebit, karena petani tidak bisa memetik panen.

Faktor spekulasi

Semoga saja tidak. Tapi, selalu ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memancing di air keruh. Faktor keterbatasan pangan di lapangan, terkadang disebabkan oleh ulah-ulah penimbun yang ingin cuan.

Setiap tahun selalu ada, meski tidak masif. Kadang timbul lalu tenggelam. Tapi, dengan kondisi kenaikan harga minyak goreng yang baru saja bikin heboh, rasanya kita memang harus waspada.

**

Jelas kan? Ini adalah lima penyebab harga naik menjelang Ramadan. Saya kutip dari berbagai sumber. Linknya bisa diklik di bagian referensi.

Lalu, apa yang harus dilakukan?

Pemerintah seharusnya sudah cukup sigap. Tidak perlu ada intervensi dari masyarakat terhadap kebijakan yang akan dibuat. Karena mengurangi konsumsi juga tidak mungkin. Menggoreng tanpa minyak goreng saja sudah banyak dicibir.

Tapi, tetap saja saya penasaran. Jadi, balik ke minyak goreng nih.

Hingga hari ini (31/03/2022), masih saja ada warga antri di Ciamis. Masih ada mafia minyak goreng yang digrebek di Banten, dan Jokowi masih temukan harga minyak curah tinggi di pasar.

Mungkin dibiarkan saja penasaran. Minyak goreng hanya salah satu bahan pokok yang mengalami kenaikan. Sebentar lagi, banyak kawan-kawannya. Mereka meroket dengan permasalahannya sendiri hingga waktunya nanti.

Sekali lagi, semoga pemerintah sigap dan dengan cepat bisa menyelesaikan masalah ini. Dan mari kita berharap, semoga permasalahan sembako di Hari Raya Idul Fitri, tidak akan bikin kantong nyeri.

**

Referensi: 1 2 3 4 5 6 7 

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun