Caption yang disertakan cukup sederhana tapi menggugah: "Ini adalah cinta"
Dan Cinta memang menjadi dasar dari para gadis Ukrainia tersebut. Sebagian dari mereka memang adalah anggota militer, tapi tidak sedikit pula adalah para sukarelawan yang siap mengorbankan nyawa demi negaranya.
Seperti Maria. Ia adalah bagian dari Brigade Infanteri 56 dan bertugas sebagai penembak runduk (sniper). Ia sudah menjaga perbatasan sejak 2014 pada saat tensi mulai muncul akibat gerakan separatis Rusia yang diduga telah menyeberang ke wilayah Ukrainia.
Maria memiliki seorang anak berusia 4 tahun. Ia terpaksa menitipkannya pada kedua orang tuanya. Maria juga memiliki dua saudara lelaki yang semuanya bertugas di garis depan.
Kepada BBC, Maria mengaku stres. Tapi ia tidak pernah menyesal sudah berada di garis terdepan. Ia mengaku tidak suka dengan politik, tetapi kecintaan kepada negaranya yang membuat dirinya mendaftar sebagai tentara.
Bagi Maria, keputusan yang ia ambil adalah tentang masa depan tanah airnya.
Sementara Marta Yuzkiv adalah warga sipil yang mendaftar sebagai kadet. Kepada BBC ia mengaku jika tidak ingin berperang. Tapi, jika sampai itu terjadi, maka ia juga tidak segan mengangkat senjata.
Kekuatan Militer Rusia jelas bukan tandingan Ukrainia. Baik dari sisi persenjataan, maupun dari jumlah personel.
Untuk itu wajib militer pun dilakukan. Termasuk para wanita dari usia 18-60 tahun. Saat ini tercatat sudah ada sekitar 31.000 rekrutmen yang terdaftar.
Tidak ada pengecualian, tidak peduli jika wanita tersebut masih memiliki balita, atau sedang hamil. Mungkin kedengarannya tidak manusiawi, tetapi itu adalah bagian pesan kepada Moskow bahwa Ukrainia siap bertempur hingga titik darah terakhir.
Bahkan pihak legislatif pun mendukung. Oleksandra Ustinova, seorang anggota parlemen Ukrainia berkata jika tindakan tersebut adalah sesuatu yang "logis, tepat waktu, dan masuk akal."