Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia Menjadi Kaya ala Tionghoa, Ini 7 Cara "Sembahyang" yang Benar

15 Februari 2022   06:26 Diperbarui: 15 Februari 2022   07:24 9706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 15 Februari adalah perayaan Cap Go Meh pada tahun 2022. Menandai berakhirnya perayaan imlek yang berlangsung selama 14 hari.

Tanggal ini adalah waktu yang tepat untuk bersyukur atas seluruh anugrah di masa lalu. Sekaligus mantap menjalani hari-hari yang penuh harapan di masa depan.

Kelenteng menjadi tujuan sembahyang. Di dalamnya banyak arca dewa-dewi dengan gugus tugasnya masing-masing. Ada yang spesialis kesehatan, jodoh, pendidikan, atau bagi yang ingin punya momongan.

Perhatianku tertuju kepada Dewa Rezeki, atau biasa juga disebut dengan Dewa Kekayaan. Orang Tionghoa suka hoki. Itu identik dengan banyak uang. Saya juga, dan siapa sih yang tidak.

Kemudian muncullah ide tulisan ini. Satu hal yang saya dapati dari hobi hoki orang Tionghoa ternyata diwujudkan di dalam kelenteng tersebut. Bukan hanya satu, tapi ada tiga dewa rezeki di dalamnya.

Sekilas saya pun bingung. Yang manakah yang lebih hebat? Daripada menanggung resiko, kepada ketiga-tiganya saja ku "meminta."

Perlu dipahami bahwa Konghucu mengajarkan orang Tionghoa untuk menghormati leluhurnya. Bukan saja leluhur langsung, tapi semua sosok yang pantas dihormati karena jasa-jasa mereka.

Oleh sebab itu, selalu ada kisah menarik di belakang setiap sosok dewa Tionghoa. Apakah kisah nyata atau sekadar legenda saja. Tapi, semuanya bermakna.

Begitu pula dengan Chai Sen Ye, alias Dewa Rezeki. Ada kisahnya mengapa mereka dianggap sebagai dewa.

Dan jika kelenteng tersebut menyediakan tiga saja. Sesungguhnya, hasil risetku menemukan bahwa Dewa Rezeki orang Tionghoa ada delapan. Wow!

Sumbernya bisa dibaca di sini (tionghoa.info)

Di antara semua dewa, adalah Zhao Gong Ming yang paling umum dipuja. Berdasarkan legenda dewa-dewi, disebut kan jika dewa ini adalah bendahara militer.

Ia sering membawa kabar baik bagi rakyat atas kekayaan yang dimiliki oleh kerajaan. Selain itu, dewa ini juga divisiualisasikan sebagai sosok yang tegas.

Ia sering membantu rakyat yang kesusahan, tapi juga tidak segan-segan bertindak tegas kepada siapa saja yang malas-malasan.

Sebuah cerita rakyat menarik mengenai ketegasan dari Zho Gong Ming. Konon dulu altarnya selalu ditemani oleh sang istri. Tapi, kini istrinya diceraikan.

Semuanya akibat ulah seorang pengemis yang sering datang meminta kekayaan ke hadapan altar dewa rezeki ini. Kendati demikian, Zhao Gong Ming tetap tidak bergeming, karena sang pengemis tidak pernah mau bekerja.

Tapi, beda lagi dengan istrinya. Ia tergerak dengan doa sang pengemis. Sang istri pun melemparkan salah satu anting emasnya.

Marahlah Zhao Gong Ming. Dan kekhwatirannya terbukti benar. Si pengemis hanya menghambur-hamburkannya saja.

Zhao Gong Ming kecewa dengan ulah istrinya. Ia berpendapat apakah yang akan terjadi jika semua orang malas di dunia ini diberikan rezeki. Syahdan, ia pun menceraikan istrinya.

Zhao Gong Ming adalah pimpinan dari lima Jenderal pembawa Rezeki (Wu Lu Chai Sen). Empat sosok lainnya digambarkan memiliki tugas di empat penjuru dunia.

Julukan mereka masing-masing adalah;

Dewa Pemanggil Mustika (Timur), Dewa Pengumpul Benda Berharga (Barat), Dewa Pemanggil Kekayaan (Selatan), dan Dewa Pemanggil Keuntungan (Utara).

Selain Zhao Gong Ming, dewa rezeki yang juga tidak kalah terkenal adalah Fu De Zheng Shen. Dalam kepercayaan Tao, ia juga disebut sebagai Dewa Bumi (Tu Di Gong).

Konon Fu De Zheng Shen adalah tokoh nyata. Semasa hidupnya ia adalah seorang pemimpin yang adil. Ia mendirikan lumbung padi dan menciptakan irigasi untuk kesejahteraan rakyatnya.

Oleh sebab itu, banyak yang memujanya sebagai dewa pelindung tempat usaha, dan juga petani.

Ada juga kisah tentang Cai Bo Xing Jun. Dewa ini adalah sosok nyata dalam sejarah. Semasa hidup ia adalah seorang yang bernama Li Gui Zu, Menteri Pemerintahan Kaisar Xiao Wen (Dinasti Wei Utara).

Ia dikenal sebagai seorang Menteri yang sangat bijaksana. Berjasa besar kepada masyarakat dengan melakukan perbaikan fasilitas. Ia bahkan membagi-bagi gajinya kepada masyarakat yang kurang mampu.

Kiprahnya menjadi legenda. Saking hebatnya sehingga gelar dewa pun diberikan oleh Kaisar Wu De dari Dinasti Tang. Cerita pun berkembang, sosok ini kemudian dihubungkan sebagai utusan dari Kaisar Langit. Dikirim ke dunia untuk membantu manusia.  

Sosok nyata lainnya juga adalah Fan Li. Semasa hidup ia adalah seorang ahli politik yang pernah menjabat di Kerajaan Yue.

Sewaktu pensiun Fan Li beralih menjadi pedagang. Kehebatannya berdagang diakui oleh banyak orang. Fan Li juga bukan sosok yang pelit. Sebagian besar kekayaannya digunakan untuk membantu rakyat miskin.

Hampir sama dengan Cai Bo Xing Jun, Dewa Bi Gan adalah seorang pejabat pemerintah dan juga anggota keluarga kerajaan.

Semasa hidupnya, ia adalah orang yang paling getol untuk mengingatkan Kaisar Zhou Xin dari Dinasti Tang untuk selalu bertindak adil pada rakyatnya.

Akan tetapi, sang Kaisar tidak mengindahkannya. Karena sikapnya ini pula, Bi Gan memiliki banyak musuh di kerajaan.

Kecewa dengan sikap kerajaan, Bi Gan pun memutuskan untuk menjadi rakyat sipil dan membagi seluruh hartanya kepada masyarakat.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa sosok Dewa Guan Gong yang terkenal, juga dianggap sebagai Dewa Rezeki oleh masyarakat Tionghoa.

Guan Gong adalah salah satu panglima perang yang paling legendaris di zaman Tiongkok Kuno. Di zaman Sam Kok (Tiga Kerajaan), kehebatan berperangnya dan kesetiaan kepada pemimpin membuat ia dianggap sebagai dewa.

Dalam kepercayaan Tionghoa, Guan Gong juga adalah salah satu Dewa Rezeki terkait kesetiaan, kejujuran, keadilan, kekuatannya untuk mencegah peperangan (konflik).

Makna Dari Dewa Rezeki

Saya sendiri memiliki sebuah prinsip yang unik. Memuja dewa-dewi bukanlah untuk meminta. Pada akhirnya keberuntungan itu harus diusahakan, ia tidak serta merta jatuh dari langit.

Menurut saya, ada cara yang lebih efektif untuk menjadi hoki. Pada saat bersembahyang, sebisa mungkin saya mempelajari kisah hidup, legenda, atau filsafat di balik makna setiap sosok dewa.

Begitu pula dengan Dewa Rezeki.

Jadi, filosofis yang terkandung di belakang delapan Dewa Hoki dalam masyarakat Tionghoa sudah jelas. Untuk menjadi kaya, maka ada tujuh hal yang harus kita pelajari dan terapkan dari mereka.

  1. Berdana atau beramal tidak akan pernah memiskinkan.
  2. Membantu manusia tidak dengan memberi ikan, tapi mengajarkannya untuk memancing.
  3. Melakukan hal besar demi kebaikan banyak orang akan mendatangkan keberuntungan.
  4. Semua kebaikan pada dasarnya dimulai dari hal-hal kecil.
  5. Bekerja keras tidak mengkhianati usaha.
  6. Senantiasa membawa berita baik kepada umat manusia.
  7. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga sikap adil, jujur, dan menghindari konflik di antara sesama.

Semoga Bermanfaat.

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun