Nyamuk adalah sumber makanan bagi banyak hewan, tumbuhan, dan serangga lainnya. Bahkan larvanya pun berperan penting dalam ekologi air. Terputusnya pasokan makanan akan berpotensi membuat sebagian spesies punah.
Ada argumen yang mengatakan bahwa nyamuk akan dengan mudah tergantikan dengan serangga lainnya. Mereka bukan satu-satunya sumber makanan.
Tapi, tidak mudah juga bagi beberapa organisme untuk mengubah perilaku makan. Faktor genetik mereka perlu penyesuaian.
Sebagai contoh adalah ikan nyamuk (gambusia affinis). Jenis ikan ini mendapat embel-embel nyamuk, karena memang nyamuk adalah makanan mereka.
Mereka disebar di sawah-sawah dan kolam. Mereka sangat efektif mengendalikan nyamuk. Punahnya nyamuk akan membuat rantai makanan terputus dan berefek besar pada rantai makanan selanjutnya.
Hewan pemakan nyamuk mungkin akan mencari serangga lain. Tapi, itu juga akan meningkatkan persaingan yang lebih ketat. Bisa saja evolusi akan terjadi, mahluk pemakan nyamuk akan menjadi lebih agresif. Dampak selanjutnya yang lebih berbahaya bagi manusia belum bisa diprediksi.
Lagipula ada lebih dari 35.000 jenis nyamuk di bumi ini. Yang menggit atau menganggu manusia hanya beberapa ratus jenis saja. Nyamuk bisa hidup dimana saja dan mereka adalah bagian dari setiap budaya.
Hebatnya lagi, nyamuk ternyata telah ada di bumi selama lebih dari 100 juta tahun. Terlepas dari segala teror yang telah disebar, selama itu pula manusia telah terbukti "baik-baik saja."
Tentunya para ahli bukan orang yang bodoh. Mereka hanya menyasar kepada pertumbuhan nyamuk yang berbahaya. Seperti, anopheles gambiae (malaria), aedes aegypti (dbd), dan Aedes Albopictus (zika).
Menghilangkan mereka tidak akan membuat seluruh populasi nyamuk punah. Justru diklaim akan menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang lebih sehat.
Hingga saat ini menjalani dunia tanpa nyamuk hanyalah sekadar imajinasi. Meskipun usaha telah berjalan, entah kapan akan berlaku.