Pada 1920an, saat pengaruh Eropa mulai merambah ke Amerika, kebiasaan sarapan pun mulai diperkenalkan. Sarapan dianggap penting, karena industri membutuhkan tenaga kerja yang kuat dan sehat.
Kebiasaan Bangsa Romawi hanya berfokus pada makan siang saja juga terjadi di Prancis. Bagi mereka di sana, malam hari hanyalah waktu untuk mengisi perut dengan makanan ringan saja. Â
Tapi, itu bukan arti sebenarnya dari makan siang. Kata "Lunch" diyakini berasal dari kata "nuncheon" (anglo-saxon). Artinya adalah "makan cepat di antara dua waktu dengan sesuatu yang bisa kamu makan".
Nenek moyang Eropa ternyata menganggap jika makan siang bukanlah porsi yang besar.
Sampai abad ke-17, kebiasaan makan para leluhur masih bervariasi. Hingga Revolusi Industri yang mengubah semuanya menjadi teratur.
Para pekerja harus kerja keras dari pagi hari hingga sore. Sehingga makan siang menjadi sama pentingnya dengan sarapan. Semua orang melakukannya, dari anak buah hingga atasannya. Tanpa terkecuali.
Agar semua bisa berkonsentrasi, sarapan dan makan siang dianggap bagian dari bekerja.
Meski waktunya mepet, semua orang harus "mengerjakannya." Sekarang, makan siang sudah masuk dalam kategori istirahat. Mengambil waktu sejam dari total jam kerja. Meski waktunya masih luang, orang masih menggunakannya untuk bersantai. Waktu makan siang sudah menjadi keharusan.
Lantas beban kerja pun semakin banyak. Semua orang merasa dirinya telah bekerja keras dari pagi hingga sore hari. Malam hari adalah waktunya beristirahat dan merayakan pencapaian. Berkumpul bersama keluarga atau sahabat dengan menu lengkap makan malam pun menjadi keharusan. Kebiasaan makan malam bersama keluarga baru mulai populer pada era tahun 50-an.
Dunia Modern
Dari sini kita dapat melihat bagaimana pola makan berubah, dari tidak teratur menjadi sebuah jadwal yang harus.
Namun, dunia telah berubah. Manusia semakin sibuk, aktivitas semakin padat. Kehidupan sosial tidak sebatas waktu lagi. Eksis dengan gadget telah menjadi semacam kewajiban.