Nah, cukup dengan data. Sekarang opini saya terhadap tulisan tersebut;
Satu. Ahok tidak ada hubungannya dengan investasi China. Dia bukanlah Menteri Perdagangan, Menteri Investasi, apalagi Presiden.
Dua. Hubungan antara WNA China dan penduduk Indonesia jangan berdasarkan azas "kemanfaatan". Bukankah lebih baik jika atas azas "saling menguntungkan?
Nah, penulis tersebut mengusulkan adanya peleburan antara warga asing dengan warga lokal, dengan lima cara;
Pertama.
Pemerintah diberikan usul untuk membawa lebih banyak Aseng perempuan daripada lelaki.
Sejujurnya, saya belum paham.
Kedua.
Syaratnya mengutamakan gadis, janda muda, baru lelaki produktif (dalam urutan). Plus memenuhi syarat sebagai pekerja produktif. Usia lanjut tidak diterima yang lansia sebagai pekerja atau warga negara Indonesia.
Mengapa harus gadis dan janda yang mendapatkan prioritas? Kalau maksudnya agar mereka bisa "dimanfaatkan" maka ingatlah di Indonesia terdapat jutaan Wanita yang sudah muak dengan pola pikir seperti ini.
Seolah-olah perempuan tidak ada gunanya, kecuali dipakai untuk bersenang-senang saja. Dan mengapa kita harus berpikir bahwa Aseng mau menjadi warga negara Indonesia? Atas dasar apa? Saya bingung!