"Saya ingin membeli semuanya,"Â pungkas ibu tua.
"Ma... maksudnya bu?" Mei-ling tidak percaya dengan pendengarannya.
"Semuanya yang ada di sini. Model terbaru sampai yang tidak laku," si ibu tua menegaskan lagi.
Belum lagi rasa kaget Mei-ling menghilang, ibu tua tersebut mengeluarkan segepok uang yang jumlahnya sangat besar. Tentu saja, Mei-ling kaget. Tidak masuk akal, pikirnya.
Sambil menunggu Mei-ling merangkaikan seluruh nota penjualannya, keduanya sempat berbincang singkat. Si ibu tua menanyakan banyak hal kepada Mei-ling, termasuk kisah hidupnya, tempat kelahiran, dan tanggal lahirnya.
Setelah merampungkan semua notanya, sang ibu pun pamit sambil berpesan bahwa besok, anak-nya akan kembali ke kios, membawa mobil angkutan, memboyong seluruh dagangan Mei-ling. Tak lupa ia juga memperkenalkan dirinya sebagai Nyonya Li.
**
Malam harinya, Mei-ling tidak bisa tidur nyenyak. Bukan karena dagangannya yang diborong habis oleh seorang ibu tua misterius. Tapi, wajah sang ibu yang terlihat familiar.
Mei-ling mampu merasakan kehangatan yang terpencar dari auranya sejak pertama kali bertemu. Aura dari sesosok wanita yang ia rindukan selama ini.
Pikiran Mei-ling kembali ke masa mudanya. Di saat ia ditinggal pergi oleh ayah dan ibu kandungnya saat ia baru berusia sangat kecil. Ia lantas diadopsi oleh tantenya sendiri.
Namun, tidak sampai setahun, ibu angkatnya ini meninggal. Akhirnya Mei-ling dirawat oleh neneknya. Tapi, tidak sampai setahun pula, sang nenek meninggal.