Para ahli pun tidak mau menyerah. Mereka mencari bentuk baru yang tidak bikin ketagihan.
Lalu pada tahun 1874, heroin pun ditemukan oleh seorang ahli kimia asal Inggris, Alder Wright. Heroin merupakan proses lanjutan dari morfin. Dianggap lebih aman dari produk-produk sebelumnya.
Penggunaan heroin tidak diberikan secara umum. Hanya untuk kasus medis dengan penanganan dokter secara langsung. Namun, pada tahun 1895-1898, perusahaan farmasi dengan inisial (B) memproduksi obat dengan kandungan heroin secara masif.
Sebagai obat batuk bagi dewasa dan anak-anak dengan berbagai produk yang tersedia, seperti heroin pastilles, heroin tablet, heroin syrup, hingga garam heroin yang larut dalam air.
(B) mengklaim bahwa produk heroin buatannya bisa juga menyembuhkan penyakit selain batuk, seperti asma, tuberculosis, dan juga bronchitis.
Namun, efek sampingnya ada. Pasien banyak yang teler, dan batuknya kumat lagi. Barulah para ahli medis melihat bahwa produksi heroin adalah sebuah kesalahan fatal.
Heroin menyebabkan efek ketergantungan yang lebih keras daripada morfin, lantaran ia langsung menyatu dengan aliran darah dan masuk ke otak.
Pada tahun 1913, (B) memutuskan untuk menghentikan suplai heroinnya setelah terjadi lonjakan kasus ketergantungan heroin di berbagai kota besar di Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Namun, semuanya sudah telat. Kasus ketergantungan telah menyebar luas. Perang terhadap Narkoba telah dimulai. Heroin diproduksi secara masif dan disebar secara rahasia.
Semuanya terus terjadi hingga kini...
"Ketika alam sudah menyediakan semua yang terbaik, dalaj keserakahan manusia mengubahnya menjadi yang terburuk."