Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hishasi Ouchi: Kisah Tragis Hulk Dunia Nyata

26 Januari 2022   03:51 Diperbarui: 26 Januari 2022   03:58 105758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hulk adalah salah satu superhero Marvel Comics yang paling ikonik. Ia pertama kali diciptakan oleh Stan Lee dan Jack Kirby pada 1962.

Dalam serial Avengers, Hulk termasuk karakter yang paling kuat, baik dari segi kekuatan super maupun karakter. Hulk adalah sisi lain dari Dr. Bruce Banner. Ilmuwan jenius yang terpapar radiasi sinar gamma.

Akibatnya, Banner yang kalem pun akan berubah sangar. Menjadi monster humanoid dengan kekuatannya yang tidak terkendalikan. Menjadikannya sebagai sosok yang dikagumi sekaligus disegani.

Dalam dunia fiksi, radiasi telah bertanggung jawab untuk kelahiran beberapa pahlawan super. Selain Hulk, ada Spiderman dan beberapa karakter X-Men. Tak ketinggalan juga Godzilla, monster yang lahir dari ledakan nuklir.

Disebutkan bahwa keperkasaan mereka berasal dari mutasi genetika. Memang benar bahwa paparan radiasi akan mengalter DNA. Namun, itu tidak akan membuat tubuhmu menjadi super. Yang ada hanyalah merusak jaringan tubuh.

Dalam kenyataan, radiasi yang terjadi dari inti atom, seperti partikel alfa, beta, maipun sinar gamma tidak akan menyisakan hal yang baik bagi korbannya.

Tanda-tanda yang muncul dari radiasi adalah mual, rambut rontok, lemas, kulit terbakar, dan berkurangnya fungsi organ. Akibatnya, kanker dan tumor datang mendera.

Bahkan dalam kasus dengan paparan yang cukup besar, penderita akan langsung mati dalam beberapa jam.

Jika Anda masih saja penasaran dan percaya jika Hulk itu benar-benar ada, maka ikutilah kisah Hishasi Ouchi berikut ini.

Paparan Radiasi Terbesar Sepanjang Sejarah

Hishashi Ouchi adalah seorang teknisi yang bekerja untuk Badan Nuklir Jepang di Tokaimura, Jepang. Dalam sejarah, dirinya dikenal sebagai manusia yang terpapar radiasi nuklir terbesar sepanjang sejarah.

Sebagai gambaran, radiasi 8 Sievert (satuan efek biologis radiasi) saja sudah sangat mematikan. Pada saat kecelakaan terjadi pada tahun 1999, Ouchi terpapar 17 Sievert (Sv). Konon jumlahnya setara dengan daerah titik ledak bom atom Hiroshima.

Ouchi berada pada jarak terdekat saat reaksi terjadi. Dua kawannya lagi berada pada jarak yang lebih jauh, yakni Shinohara terkena 10 Sv, dan Yokokawa 3 Sv.

Kronologis

Menjelang tanggal 30 setiap bulan, staf di Tokaimura harus menjaga proses pencampuran uranium sebagai bahan dasar yang dibutuhkan oleh PLTN.

Namun pada bulan September 1999, proses ini diminta lebih cepat. Tanggal 28 sudah harus siap. Akibatnya jalan pintas pun ditempuh. Salah satunya adalah mengolah bahan radioaktif dengan tangan kosong.

Ouchi beserta 2 kawannya yang diberikan tugas. Sayangnya, mereka semua masih kurang pengalaman. Kesalahan terjadi, bahan campuran ditambahkan tujuh kali lebih banyak dari kadar yang seharusnya.

Alarm radiasi gamma pun berbunyi. Secepat kilat sinar biru langsung terpencar. Mereka bertiga tidak sempat lagi lari menyelamatkan diri.

Kondisi Ketiga Korban

Keprihatinan pun bermunculan. Penyesalan atas kurangnya pelatihan yang tepat dan langkah keamanan pun berseliweran. Tapi, itu bukan akhir dari penderitaan Ouchi.

Dari ketiga korban, yang paling beruntung adalah Yukokawa. Ia berhasil pulih setelah perawatan intensif selama 6 bulan.

Sementara Shinohara meninggal di tahun 2000. Ia terkena pneumonia parah. Paru-parunya hancur. Selama hidupnya, hanya rasa sakit yang ia derita. Ia tidak bisa berbicara dan hanya berkomunikasi melalui pesan tertulis.

Tapi, pihak medis dan para peneliti tidak berfokus kepada Shinohara maupun Yukokawa. Seluruh perhatian terarahkan kepada Hishasi Ouchi, korban dengan paparan radiasi terbesar.

Perjuangan Hishasi Ouchi

Dampak radiasi yang dialami Ouchi menyebabkan DNA-nya hancur, dan sel darah putihnya tidak ada lagi. Akibatnya, luka di sekujur tubuhnya lama-kelamaan semakin parah. Kulitnya mengelupas dan berubah menjadi kehitaman. Rambutnya botak dan wajahnya tak dapat dikenali lagi.

Kejadian yang dialami oleh Ouchi tergolong sangat langka. Belum ada standar prosedur kesehatan tepat yang bisa diaplikasikan kepadanya. Namun, hal itulah yang membuat tim medis tidak mau menyerah begitu saja.

Penderitaan demi penderitaan Ouchi alami. Setelah pengobatan standar dilaluinya selama 59 hari, Ouchi meninggal selama 49 menit. Jantungnya berhenti berdetak selama tiga kali. Tapi, pihak rumah sakit terus berusaha. Mereka kembali menghidupkannya.

Langkah selanjutnya adalah memindahkan Ouchi ke RS. Universitas Tokyo. Berbagai percobaan pengobatan pun diberikan. Tenaga medis terbaik dari seluruh dunia diundang oleh pemerintah Jepang. Segala jenis obat-obatan terbaru diimpor dari seluruh penjuru dunia.

Ouchi menjadi pasien pertama yang menjalani transfusi sel induk perifer di dunia. Ia juga menjalani transpalantasi kulit hingga berkali-kali, meskipun pihak dokter tahu bahwa itu tidak akan banyak membantu.

Segala macam tindakan medis dibuat berlebihan. Transfusi darah yang melebihi standar, cairan medis hingga obat-obatan terbaru, semuanya masuk ke dalam tubuh Ouchi yang sekarat.

Semua dilakukan tanpa melihat lagi pertimbangan Ouchi, sang pasien. Hingga suatu waktu, di tengah kesadarannya Ouchi berkata,

"Saya sudah tidak tahan lagi, saya bukanlah kelinci percobaan..."

Akhir Penderitaan Hishasi Ouchi

Akhirnya Ouchi pun meninggal setelah menjalani penyiksaan selama 83 hari. Tepatnya pada 21 Desember 1999, pukul 11.21 waktu setempat.

Itupun setelah tindakan medis rumah sakit dihentikan atas desakan keluarga dan kecaman dari publik yang datang bertubi-tubi.

Hingga kini, perawatan terhadap Ouchi masih dianggap sebagai misteri. Apakah pihak medis ingin benar-benar menyelamatkan nyawanya, atau hanya ingin menjadikannya sebagai kelinci percobaan.

Sesuatu hal yang membuat manusia lupa, bahwa ada keterbatasan yang tidak bisa didobrak. Pada akhirnya Hulk dan kawan-kawan hanyalah tokoh fiktif. Akan sangat berbahaya jika dianggap sebagai sesuatu yang bukan mustahil.

Jangan sampai, hal tersebut yang diyakini oleh pihak rumah sakit dan pemerintah Jepang.

Kisah Ouchi dan teman-temannya kemudian dikisahkan dalam buku: A Slow Death: 83 Days of Radiation Sickness.

Referensi: 1 2 3 4

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun