Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bank Nilai di China, Menyediakan Pinjaman Stres bagi Siswa

25 Januari 2022   01:31 Diperbarui: 25 Januari 2022   01:44 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau pun mereka tidak membutuhkannya, paling tidak bisa menjadi tabungan untuk meningkatkan hasil ujian mereka.

Menariknya, solidaritas juga ditekankan. Murid-murid berprestasi dengan nilai yang tinggi dapat bantu membayarkan utang nilai murid lainnya. Tentunya tidak sembarangan. Harus ada proses wawancara lanjutan mengenai alasan pemberian bantuan. Karena terkadang, sesama murid lebih memahami kondisi kawan-kawannya sendiri.

Bagi  klien yang ingin mengajukan kredit, juga tidak serampangan. Dewan sekolah harus mengetahui alasan mengapa sang siswa ingin "meminjam."

Yang dianggap berhak adalah mereka yang memiliki alasan khusus, seperti tidak masuk kelas beberapa kali karena sakit. Ini termasuk pendukung aktivitas mereka di sekolah, seperti berprestasi di bidang-bidang olahraga atau kesenian.

Bagaimana jika siswa gagal membayar?

Layaknya pinjaman bank, semakin lama dibayar, maka bunga akan semakin membengkak. Jadinya, siswa harus bekerja lebih ekstra keras untuk mencetak nilai tambahan atau kegiatan bermanfaat lainnya.

Jika gagal membayar, maka nama mereka akan diblacklist. Mereka tidak bisa lagi meminjam nilai.

Kang Huang, kepala sekolah menengah di Nanjing yang menjalankan sistem ini berkata jika sistem bank nilai ini memberikan keleluasan bagi siswa untuk berprestasi tanpa mengacu kepada nilai ujian semata.

Ia lebih menekankan pertumbuhan siswa daripada kinerja ujian yang melelahkan. Huang juga mengatakan keresahannya terhadap "Gaokao" (semacam UAN di Indonesia).

Menurutnya sistem tersebut sangat menentukan masa depan murid, oleh sebab itu ia akan membantu murid-muridnya untuk mendapatkan capaian yang lebih tinggi sebelum mereka menghadapi Gaokao.

Siswa yang nilainya buruk belum tentu tidak berkualitas. Perkembangan diri lebih diutamakan dalam nilai bermasyarakat. Daripada larut dalam penyesalan, mending mereka berfokus pada perbaikan. Demikian yang dimaksud oleh Huang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun