Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Grammar Nazi: "It's My Dream, Mas Bro, Not Urusan-mu"

15 Januari 2022   11:15 Diperbarui: 15 Januari 2022   11:21 3464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum Grammar Nazi adalah orang normal yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka bukanlah fasis. Dan asumsi saya: Cinta Indonesia.

Faktor kepribadian tentu mempengaruhi. Menurut sebuah riset di Amerika Serikat (Kompas.com), Grammar Nazi kebanyakan adalah orang-orang introvert.

Penelitian yang dilakukan melihat adanya korelasi yang erat antara tipe kepribadian dan keinginan untuk mengoreksi kesalahan.

Introvert adalah tipe manusia yang cenderung lebih banyak menggunakan lobus frontal, alias bagian otak yang bertugas untuk merencanakan, memikirkan penyelesaian masalah, serta mengingat (alodokter.com).

Tapi, tentu tidak semua Introvert adalah Grammar Nazi.

Tiga Level Grammar Nazi

Masih dari Kompas.com. Ada tiga jenis Grammar Nazi dengan ciri-khasnya masing-masing.

Pertama. Level Pemula: Biasanya lebih sopan dan halus ketika mengoreksi grammar.

Kedua. Level Pengalaman: Bersikap lebih keras, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Ketiga. Level Akut: Selain bersikap keras mengoreksi, mereka juga ingin diakui kemampuannya. Show-off biasanya terjadi pada level ini.

Pada level pertama, koreksi biasanya hanya dilakukan pada orang-orang yang dikenal saja. Kalau pun di media sosial, itu hanya karena kebetulan mereka melihatnya.

Sedangkan pada level kedua dan ketiga, mereka akan mencari waktu khusus untuk mencari kesalahan pada setiap bacaan. Baik pada konten atau di kolom komentar.

Ketidak Sempurnaan Grammar Nazi

Si Grammar Nazi memiliki kecenderungan untuk mengutamakan tata-bahasa dibandingkan makna sesungguhnya yang ingin disampaikan. Perilaku ini sudah menjadi kebiasaan, dan mereka nyaman dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun