Ia bekerja dari pagi hingga malam. Di pagi hari sebagai supir truk trailer, malamnya sebagai montir di bengkel ayahnya.
Namun, ayahnya meninggal dunia pada tahun 1973. Beban Johny pun semakin berat. Kini ia harus juga menanggung hidup ibu dan adik-adiknya.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup di Jakarta, Johny bekerja serabutan. Kerja apa saja. Untungnya ia memiliki wajah indo. Sesuatu yang digandrungi pada tahun 70an.
Ia menjadi model foto dan bintang iklan. Hidupnya berubah, uang mudah didapat. Sayangnya, mudah pula lenyap.
Uang yang Johnny dapatkan sebagian disisihkan untuk keluarga. Sebagian lagi untuk foya-foya. Tidak ada yang ia tabung. Bermain gila dengan wanita dan juga mabuk-mabukkan. Beceng pun dibelinya, entah untuk apa.
**
Hingga suatu hari Johny Indo menyadari jika ia benar-benar tidak ada uang. Teman-temanya pun datang bertamu. Memberikan ide yang luar biasa gilanya. Merampok bank.
Johny menggerutu, "ide gila." Tapi, dia tidak menampik juga. Â
Johny sudah terbiasa hidup susah. Ia terdidik sebagai orang yang keras. Merampok bank hanya perlu sedikit persiapan. Johny tidak keberatan.
Rencana pun disusun, agar rapi dan bisa meloloskan diri. Baginya, jangan tanggung-tanggung. Sekali merampok, banyak hasilnya.
Berbekal pengalaman dan juga keberanian, ia pun menjadi kriminal. Menyiapkan taktik, strategi, dan juga persenjataan. Sekaligus kode etik yang membuatnya fenomenal sebagai penjahat: Tidak boleh melukai, membunuh, dan memperkosa.