Mandi pagi sudah biasa, tidak mandi luar bi(n)asa
Perbedaan kecil terjadi antara huruf (n) pada kalimat di atas. Bisa digunakan atau tidak digunakan.
Menandakan perdebatan antara penulis dan istri tentang kebiasaan mandi. Bagi penulis mandi pagi itu adalah keharusan. Tidak segar rasanya. Badan dan jiwa rasanya belum siap untuk memulai aktivitas.
Sore hari setelah pulang kerja, mandi lebih wajib lagi. Apalagi di zaman corona, virus sedang berleha-leha. Bahkan di hari libur, terkadang bisa mandi sehari tiga kali.
Tapi, istri punya alasan sendiri. Ia lebih sering di rumah dan jarang berkeringat. Lagipula, kulitnya kering. Terlalu sering mandi bisa menimbulkan iritasi.
Kebiasaan ini lantas menjadi idealisme. Dari persoalan kesehatan, budaya, hingga lingkungan.
Terlalu Sering Mandi vs Terlalu Jarang Mandi
Keseringan mandi membuat kulit menjadi kering. Penyakit kulit pun sering datang. Kulit memerah, terasa gatal, dan pecah-pecah.
Sebabnya air dan sabun dapat menghancurkan lapisan kulit yang disebut mantel asam. Hilangnya lapisan tersebut membuat kulit rentan infeksi. Frekuensi mandi yang terbaik memang berhubungan dengan kesehatan.
Tapi, mungkin penyakit lebih baik daripada bau. Jarang mandi bau badan akibatnya. Asalnya dari keringat yang dipicu oleh hormon aktif karena gerakan tubuh.