Sedekah pun tak diberikan.
Ada tukang parkir yang bersemangat. Suaranya besar, meskipun wajah sudah tak lagi sangar. Usianya sudah tua. Tujuh puluhan kukira. Pantas mendapat sedekah atas semangatnya yang membuatku terpana.
Sedekah pun diberikan.
Pengamen berada di pinggir jalan. Suaranya bagus, bisa ikut audisi idola. Matanya melirik sana sini, tidak ada ketulusan. Hanya mencari uang saja.
Sedekah pun tak diberikan.
Tapi, ada satu yang buta. Matanya gelap berkacamata hitam. Tidak ada goyangan, hanya tepuk tangan. rasanya kasihan.
Sedekah pun diberikan
Tanpa terasa waktu berjalan. Batin yang seharusnya tenang, justru amburadul melenggang. Memilah antara siapa dan siapa yang pantas mendapatkan sedekah.
Tujuan sedekah memang bermacam-macam. Dari hanya sekadar berbagi hingga ingin dapat jatah dari langit.
Lantas, jika hanya ingin berbagi, mengapa tidak dari tadi? Menunggu orang yang tepat untuk mendapatkan rezeki. Ternyata otak memang tidak sesuai hati.
Lantas, jika untuk dapat jatah dari langit, keputusan siapakah yang akan dianggit? Menunggu hingga rezeki datang bertubi-tubi. Ternyata logika bisa amburadul gegara duit.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!