Ada becak, ada pula bentor. Menurut Bahar, bentor jangan dikasih. Usahanya tidak seberapa jika dibandingkan dengan kayuhan abang becak tua.
Sedekah pun tak diberikan.
Pengemis timpang bergerak. Mereka sudah tua. Dengan papan kayuh beroda kecil, tempat mereka tergeletak. Sudah pasti harus diberikan. Sedekah kepada mereka mudah terlihat oleh malaikat. Siapa tahu rejeki akan melekat.
Sedekah pun diberikan.
Tapi, ada pula abang bentor yang tua. Tetap saja hati tidak berkenan, kayuhannya kurang kuat untuk mendapatkan belas kasihan.
Sedekah pun tak diberikan.
Anak kecil mengemis di pinggir jalan. Bajunya kelihatan kuyu, wajah masih lugu, aksi dibuat tersedu-sedu. Mudah mendapat perhatian dari para dermawan tajir.
Jadi ingat anak-anak di rumah. Bersyukur saya masih bisa memberi makan dan juga sekolah.
Sedekah pun diberikan.
Tapi, sang anak minta dua. Katanya untuk adiknya yang berada di sana. "Hati-hati bohong." Nurani bertempur dengan Naluri.
"Mana adikmu?" Tanyaku mengingat aksi Mensos Risma. Katanya dana sosial harus sampai ke tangan yang benar. Lengan kecil menuju ke arah situ. Lampu lalu lintas sudah keburu hijau.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!