Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Hideki Tojo, Kebencian terhadap Amerika Berakhir Neraka

6 Januari 2022   06:18 Diperbarui: 6 Januari 2022   06:23 2543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tragis Hideki Tojo, Kebencian Terhadap Amerika Berakhir Neraka (intisari.grid.id, porosilmu.com)

Perang itu akan menciptakan dualisme yang tak berkesudahan. Dua kubu yang saling bertentangan, hanya berujung kepada satu pemenang saja. Sejarah dicatat oleh para pemenang. Sementara kubu yang kalah akan selalu tercatat sebagai penjahat.

Nyatanya memang demikian. Adalah Hideki Tojo. Ia adalah orang yang paling berpengaruh di Jepang pada era Perang Dunia II. Seorang Jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan sekaligus Perdana Menteri dari 1941-1944.

Di bawah komandonya, Kekaisaran Jepang Berjaya. Beberapa agresi yang lebih ekspansif pada sejumlah negara di Kawasan Pasifik dan Asia Tenggara, disebut sebagai perintahnya.

Begitu pula pemboman Pearl Harbour pada Desember 1941. Sebuah aksi yang memancing Amerika terlibat dalam Perang Dunia II.

Setelah itu, Jepang semakin ditakuti. Serentetan kemenangan membuat Tojo beserta petinggi militer lainnya merasa bak dewa. Dipuja, namun akhirnya menjadi takabur. Itulah yang terjadi.

Tojo mencanangkan serangan yang lebih besar lagi. Ia yakin jika Jepang bisa menguasai Australia, Selandia Baru, bahkan hingga ke Amerika Selatan dan Amerika Serikat.

Tapi, nasib berkata lain. Sekutu menunjukkan tajinya pada pertempuran Midway 1942. Begitu pula dengan kekalahan pada pertempuran Saipan, Laut Filipina, hingga Teluk Leyte. Semuanya terjadi pada tahun 1944.

Tojo dianggap gagal. Kaisar Hirohito tak lagi berpihak kepadanya. Jabatan Perdana Menteri pun diambil alih oleh Kuniaki Koiso. Tapi, efek Tojo tidak lantas berhenti. Kehilangan sebagian besar kekuatan perangnya, Jepang dipaksa untuk bertempur dengan sisa-sisa armada dan korps pasukan cadangan.

Lantas dijatuhkanlah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyatakan menyerah pada 15 Agustus 1945 dan ditandatangani pada 2 September 1945.

Pada 11 September 1945, Jenderal Besar pasukan sekutu, Douglas Mac-Arthur lantas menangkap Tojo. Ia dicap sebagai penjahat perang kelas kakap.

Tojo berusaha bunuh diri. Peluru menembus dadanya, tapi tidak mengenai jantung. Ia pun segera diselamatkan. Hanya untuk menjalani hukuman matinya. Sebuah peringatan bagi musuh yang telah ditaklukkan.

Eksekusi pun dilakukan pada 23 Desember 1948. Tojo meninggal di tiang gantungan dalam usianya yang ke-63.

Ternyata ambisi Tojo menyerang Amerika berdasarkan pengalaman hidupnya. Atau lebih tepatnya, kebenciannya.

Tojo terlahir dari keluarga kasta Samurai pada tanggal 30 Desember 1884 di Tokyo. Ia masuk Akademi Militer pada 1899 dan lulus dengan pangkat Letnan Dua pada 1905.

Sebagai kadet, Tojo pernah ditugaskan di berbagai tempat di Eropa dan Amerika. Perjalanan pertama dan terakhirnya ke Amerika pada sekitar tahun 1920an memberikannya kesan buruk.

Baginya, Amerika adalah negara yang bobrok. Materialistik, tidak disiplin, serta suka berpesta pora. Menjijikkan.

Pada tahun 1924, Tojo yang mencintai negaranya ini marah besar, ketika Kongres AS mengesahkan larangan orang Asia masuk ke sana. Baginya, Amerika tidak lebih dari musuh yang harus ia tumpas.

Tak disangka kebenciannya ini benar-benar ia ungkapkan dalam aksi nyata. Perang terhadap Amerika telah lama ia idam-idamkan semenjak masih menjadi Menteri Perang di era Perdana Menteri sebelumnya.

Jadilah penyerangan Pearl Harbour disusun secara rahasia sejak delapan bulan sebelumnya. Perang yang membangunkan macan dari tidur.

**

Hideki Tojo tidak mendapatkan pemakaman yang layak. Setelah ia tewas di tiang gantungan, jenasahnya dikremasi. Abunya lalu disebar di Samudera Pasifik oleh Mayor Luther Frierson.

Sepertinya pihak Amerika memang tidak ingin mengambil resiko. Dari sebuah dokumen pemerintah AS yang baru terungkap akhir-akhir ini, disebutkan bahwa keputusan menyebar abu jenasah Tojo untuk menghindari para pendukungnya menjadikannya sebagai martir.

Hal tersebut dicemaskan oleh pemerintah AS saat itu. Bahkan alat kremasinya pun benar-benar dibersihkan oleh alat khusus, sehingga tidak menyisakan setitik pun partikel abu jenasah Tojo.

Kendati demikian, Pemerintah AS membantah hal tersebut. Mereka berdalih menguburkan jenasah seorang penjahat perang merupakan sebuah penghinaan terhadap negara.

Hingga pada akhirnya, ada Kuil Yasukuni. Usia kuil Shinto tersebut sudah cukup lama. Sejak 1869, dan didedikasikan bagi sekitar 2,5 juta warga Jepang yang meninggal demi negaranya.

Termasuk para "penjahat perang" dimana salah satunya adalah sang legenda Hideki Tojo. Sontak keberadaannya menjadi kontroversial. Sebagian menganggapnya sebagai penghinaan. Merupakan perayaan bagi kekejaman militer zaman dulu.

Sementara sebagian lagi menganggap jika Kuil Yasukuni melambangkan patriotisme. Bukti bakti warga Jepang kepada leluhur mereka yang telah berjasa demi negara.

Pada akhirnya tindakan Hideki Tojo bak sebuah fenomena paradoks. Tergantung dari sisi mana seseorang melihatnya.

Dan, sekali lagi: Sejarah dicatat oleh para pemenang. Sementara kubu yang kalah akan selalu tercatat sebagai penjahat.

Namun, di antara semuanya ada satu hal yang terpenting. Hati-hati dengan kebencian, karena ia akan menciptakan neraka tanpa engkau sadari.

**

Referensi: 1 2 3 4

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun