Sepertinya pihak Amerika memang tidak ingin mengambil resiko. Dari sebuah dokumen pemerintah AS yang baru terungkap akhir-akhir ini, disebutkan bahwa keputusan menyebar abu jenasah Tojo untuk menghindari para pendukungnya menjadikannya sebagai martir.
Hal tersebut dicemaskan oleh pemerintah AS saat itu. Bahkan alat kremasinya pun benar-benar dibersihkan oleh alat khusus, sehingga tidak menyisakan setitik pun partikel abu jenasah Tojo.
Kendati demikian, Pemerintah AS membantah hal tersebut. Mereka berdalih menguburkan jenasah seorang penjahat perang merupakan sebuah penghinaan terhadap negara.
Hingga pada akhirnya, ada Kuil Yasukuni. Usia kuil Shinto tersebut sudah cukup lama. Sejak 1869, dan didedikasikan bagi sekitar 2,5 juta warga Jepang yang meninggal demi negaranya.
Termasuk para "penjahat perang" dimana salah satunya adalah sang legenda Hideki Tojo. Sontak keberadaannya menjadi kontroversial. Sebagian menganggapnya sebagai penghinaan. Merupakan perayaan bagi kekejaman militer zaman dulu.
Sementara sebagian lagi menganggap jika Kuil Yasukuni melambangkan patriotisme. Bukti bakti warga Jepang kepada leluhur mereka yang telah berjasa demi negara.
Pada akhirnya tindakan Hideki Tojo bak sebuah fenomena paradoks. Tergantung dari sisi mana seseorang melihatnya.
Dan, sekali lagi: Sejarah dicatat oleh para pemenang. Sementara kubu yang kalah akan selalu tercatat sebagai penjahat.
Namun, di antara semuanya ada satu hal yang terpenting. Hati-hati dengan kebencian, karena ia akan menciptakan neraka tanpa engkau sadari.
**