Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Hideki Tojo, Kebencian terhadap Amerika Berakhir Neraka

6 Januari 2022   06:18 Diperbarui: 6 Januari 2022   06:23 2543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tojo berusaha bunuh diri. Peluru menembus dadanya, tapi tidak mengenai jantung. Ia pun segera diselamatkan. Hanya untuk menjalani hukuman matinya. Sebuah peringatan bagi musuh yang telah ditaklukkan.

Eksekusi pun dilakukan pada 23 Desember 1948. Tojo meninggal di tiang gantungan dalam usianya yang ke-63.

Ternyata ambisi Tojo menyerang Amerika berdasarkan pengalaman hidupnya. Atau lebih tepatnya, kebenciannya.

Tojo terlahir dari keluarga kasta Samurai pada tanggal 30 Desember 1884 di Tokyo. Ia masuk Akademi Militer pada 1899 dan lulus dengan pangkat Letnan Dua pada 1905.

Sebagai kadet, Tojo pernah ditugaskan di berbagai tempat di Eropa dan Amerika. Perjalanan pertama dan terakhirnya ke Amerika pada sekitar tahun 1920an memberikannya kesan buruk.

Baginya, Amerika adalah negara yang bobrok. Materialistik, tidak disiplin, serta suka berpesta pora. Menjijikkan.

Pada tahun 1924, Tojo yang mencintai negaranya ini marah besar, ketika Kongres AS mengesahkan larangan orang Asia masuk ke sana. Baginya, Amerika tidak lebih dari musuh yang harus ia tumpas.

Tak disangka kebenciannya ini benar-benar ia ungkapkan dalam aksi nyata. Perang terhadap Amerika telah lama ia idam-idamkan semenjak masih menjadi Menteri Perang di era Perdana Menteri sebelumnya.

Jadilah penyerangan Pearl Harbour disusun secara rahasia sejak delapan bulan sebelumnya. Perang yang membangunkan macan dari tidur.

**

Hideki Tojo tidak mendapatkan pemakaman yang layak. Setelah ia tewas di tiang gantungan, jenasahnya dikremasi. Abunya lalu disebar di Samudera Pasifik oleh Mayor Luther Frierson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun