"Black Easter adalah sebuah film bertema Kristen yang menghibur, tanpa mengandung unsur pengajaran (preaching)."
Jadilah Black Easter yang bertemakan agama (Kristen), bercampur dengan time travel (Sci-fi), dan action teroris.
Harus diakui, Jika ide Carrol ini memang sangat extraordinary. Saking luar biasanya, sehingga ia mampu menerjemahkan plotnya dengan gaya berpikirnya sendiri.
Sepertinya Caroll tidak terlalu peduli dengan kebingungan penonton. Seperti, karakter yang terlalu banyak dan mubasir. Akting yang pas-pasan dari pemeran utama, serta beberapa adegan yang penulis anggap tidak perlu. Belum lagi kualitas film yang memang kelihatan murahan.
Sepertinya Caroll juga tidak peduli dengan penilaian penonton. Caroll sangat idealis, ia hanya ingin film tersebut dibuat sesuai dengan keinginannya sendiri. Â
Pokoknya terserah penontonlah, suka atau tidak suka Black Easter sudah selesai dibuat. Mungkin kamu, kamu, dan kamu akan memprediksi kegagalan yang akan terjadi dari "kebengalan" Jim Caroll. Nyatanya tidak.
Mau tahu kenapa penulis tertarik menonton film ini? Karena sejak awal, penonton telah disuguhkan dengan segala awards (penghargaan) yang didapatkannya.
Antara lain; 'Best Action Screenplay' di Los Angeles Film Awards, 'Best Featured Script' di Calcutta International Cult Film Festival, 'Best Original Screenplay Winner' pada London Independent Film Awards, Bercelona Film Awards, dan masih banyak lagi, masih banyak lagi.
Hebatnya, Rotten Tomatoes memberikan Skor 62%. Angka yang tidak terlalu buruk dari ajang kritikus film yang paling kejam. Plus, beberapa review positif pun berseliweran di sana. Luar Biasa!
Tidak dapat disangkal, Black Easter telah menemukan fansnya tersendiri. Ibarat sebuah kelompok kepercayaan kecil yang telah menemukan "Tuhannya" sendiri.
Ada hal menarik yang penulis rasakan. Carrol telah mampu "menggoyah iman." Bukan dari sisi kekristenan, tapi dari sisi perjalanan waktu.