Timnas Garuda barusan selesai melakoni final AFF Cup 2020. Baik buruknya prestasi, adalah masalah persepsi. Berhasil menjadi runner-up atau gagal menjadi juara.
Tidak baik menyalahkan para pemain Timnas. Mereka adalah kebanggan bangsa yang menyemat "Garuda di Dadaku." Tapi, bukan pelatihnya. Shin Tae Yong harus dipecat!
Kira-kira seperti inilah dilema di dunia sepak bola Indonesia. Keresahan yang muncul dari pencinta sepak bola bangsa terhadap nasib Pelatih STY. Ini bukanlah yang pertama, gonta-ganti pelatih Timnas sudah sering terjadi.
Sejak berkiprah di dunia sepak bola Internasional, Timnas Indonesia sudah memiliki 43 pelatih. Terdiri dari pelatih asing dan juga putra terbaik bangsa.
Berikut linknya (sumber: tribunnews.com);
Bahkan pelatih yang pertama langsung menggebrak prestasi. Tim sepak bola dari Indonesia berhasil masuk ke putaran Final Piala Dunia tahun 1938 di Prancis.
Waktu itu masih bernama Hindia Belanda. Bajunya pun masih warna oranje. Tapi, sebagian pemainnya adalah putra-putri bangsa ini. Sebuah kebanggan, meskipun pada putaran pertama langsung disikat Hungaria 0-6.
Pelatihnya adalah seorang Belanda, namanya Johannes Christoffel van Mastenbroek. Ia bisa dibilang sebagai pelatih pertama yang membentuk Timnas Indonesia.
Saat itu PSSI sudah terbentuk. Didirikan oleh seorang Insinyur Sipil, Soeratin Sosrosoegondo pada 1927 (Wikipedia). Namun, pengiriman Timnas ini tidak melibatkan PSSI. Belanda secara sepihak mengirim tim bentukannya sendiri. Terdiri dari pemain campuran Pribumi (Inlandeers), Tionghoa, dan juga orang Belanda.
Setelah itu, Indonesia merdeka. Gejolak revolusi tidak sempat membuat negara ini berkonsentrasi pada perhelatan sepak bola dunia. Barulah pada tahun 1951, Timnas ditukangi secara lebih serius lagi.