Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Hokkien Menjadi "Bahasa Persatuan" Tionghoa Medan

22 Desember 2021   10:44 Diperbarui: 22 Desember 2021   11:17 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alasan Hokkien Menjadi "Bahasa Persatuan" bagi Tionghoa Medan (backdrop: stock.adobe.com / pic: bartzap.com, grid.id, bbc.com, gosipnya.blogspot.com, 

**

Penang bukan hanya pusat perdagangan saja, tapi mereka adalah pemasok kuli kontrak yang diimpor dari China. Para pekerja kasar ini kebanyakan berasal dari Guang-zhou dengan mayoritas etnis Theocew, Kanton, dan Hakka.

Para etnis lainnya yang datang belakangan dijadikan "budak pekerja" dan diperjual belikan kepada sesama saudagar dan juga pemerintah kolonial.

Konon dalam kurun waktu 1880-1890, elit Hokkien ini telah memiliki lebih dari seratus ribuan imigran yang disebar ke seantero wilayah Asia Tenggara.

Kisah ini sedikit menjawab pertanyaanku dan pernyataan Sutopo bahwa "Mau dari suku Kanton, Hakka, Teochiew, semua harus bisa berbahasa Hokkien."

Kekuasaan adalah jawabannya. Meskipun Hokkien jumlahnya lebih kecil dari suku lainnya, dialek Chang-cow tetap dianggap sebagai lingua franca bagi para pendatang Tionghoa.

Namun, ada hal yang lebih menarik lagi. Menurut ayah yang mahir berbahasa Hokkien, bahasa Hokkien orang Makassar lebih halus dan sama dengan dialek yang digunakan di Taiwan.

Ayah mengatakan bahwa bahasa Hokkien Medan adalah bahasa kasar yang tidak murni lagi. Sebagai bukti, ia mengatakan bahwa orang Taiwan masih mengenal tulisan yang berasosiasi dengan bahasa Hokkien. Sementara Hokkien Medan tidak ada tulisannya. Alias buta huruf.

Ternyata memang bahasa itu berevolusi. Dialek "hokkien kasar" yang dimaksud ayah ini adalah hasil percampuran dari dialek Hokkien asli, bahasa pribumi Melayu, hingga kosakata yang diperkenalkan oleh para pendatang dari suku non-hokkien. Makanya tidak ada bahasa tulisnya, bisa dimaklumi.

Hokkien "abal-abal" ini telah menjadi sub-dialek Hokkien yang merupakan cerminan kompromi dan pembauran dari berbagai komunitas yang eksis di masanya.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun