Satu seharusnya permulaan, ia berada jauh di awal deretan. Sudah ada 999, tibalah saatnya berjemawa.
Satu bertanya kepada deretan. Dimanakah diriku sekarang berada?
"Engkau ada di sana, di mana-mana."
Kini satu selalu bimbang, ia berada di pinggiran. Sudah ada 999.
Satu langkah lagi, semuanya akan lenyap. Sisa ia sendiri.
**
Satu seharusnya kesepian, terusir dari barisan. Sudah ada 999, kehadiran akan menghilangkan wibawa
Satu bertanya kepada barisan. Dimanakah diriku dulu berada?
"Engkau ada di sana, di mana-mana."
Dulu satu selalu gemilang. Ia berjalan penuh kehebohan. Belum ada 999.
Dua langkah belum terlalu senyap. Itu tidak berarti.
**
Satu seharusnya mengendalikan, Ia ada di depan pasukan. Sudah ada 999, siap berjalan menembus angkara murka.
Satu bertanya kepada pasukan. Dimanakah diriku nanti berada"
"Engkau ada di sana, di mana-mana."
Nanti satu selalu berjuang. Ia kehilangan ungkapan. Tiada lagi 999.
Tiga langkah mudah menguap. Dia akan berhenti. Di sini. Hingga Nanti.
999 suara berteriak, "Engkau ada di sana, di mana-mana. TIDAK KE MANA-MANA"
**
#1Desember. Karya ke-999. Tepat 2 tahun berkarya di Kompasiana.
**
Acek Rudy for Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI