Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Duhai Engkong, Tanpa Kritik Dikau Bak Sarung Tanpa Daleman

26 November 2021   19:29 Diperbarui: 26 November 2021   19:42 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duhai Engkong, Tanpa Kritik, Dikau Bak Sarung Tanpa Daleman (kompasiana.com)

"Hore, kritik terakhir! Abis ini admin bisa nyonyak tidur." Demikian komentar Al Peb pada artikel Engkong Felix (yang ini).

Tapi, Acek tidak percaya. Bagi Engkong kritik bak kentut, gak bisa ditahan. Bisa sakit perut. Untungnya ada komitmen. Mulai esok, Engkong janji tidak kritik Admin. Aih... Kita lihat saja.

Acek tidak tahu perasaan Al Peb pada saat ia berkomentar. Apakah senang, apakah sedih. Hanya tjelana-nya yang bisa memahami.

Bagi Acek, Admin hanya bisa bernapas lega setelah Kompasianival saja. Abis itu pusing lagi. Apakah karena Engkong tidak komit? Tidak. Masalahnya aura kenthirisme-nya sudah menyebar. Paling tidak ke warga gang sapi.

Acek juga sebenarnya sudah dilarang tampil. Ia akan pensiun setelah Kompasianival 2021 berakhir. Sebabnya si Acek ini sudah banyak nyusahin orang. Terutama kepada Rudy Gunawan, pemilik lapak asli.

Si Rudy dulu dikenal dengan artikel angka dan tulisan filsafatnya. Eh, tetiba entah dari mana, si Acek datang membawa pengaruh Kamasutra. Jadilah lapak yang bersih alus itu penuh dengan aura jijay birahi.

Makanya, tulisan Acek yang tadi pagi itu seharusnya menjadi tulisan terakhir. Tapi, ini gegara Engkong pula. Sudah tau Acek untuk sementara waktu akan berhenti aktif di grup pepesanan, ia pun dengan rajin memprovokasi Acek lewat kolom komentar. "Engkong (2) -- Acek (0)."

Apa yang Acek lakukan? Ia akan balas dendam melalui tulisan ini. Sadar bahwa ini momen yang tepat, karena Engkong sudah insap tidak bikin artikel sejenis ini.

Apa yang akan Acek lakukan? Ia akan menantang teori Engkong. Argumentum ad topil. Engkong mengatakan jika program bunding Topik Pilihan dan K-Rewards di Kompasiana rawan penghinaan terhadap kreativitas.

Alias tulisan yang seharusnya bernas, akhirnya terkesan tidak berkelas jika ia bukan Topil. Aksi ini juga rentan membuat kubu. Penulis pro-topil dan pro-upil.

Engkong menyontohkan para fiksianer.

Bagaimana mungkin seorang penulis fiksi dipaksa untuk membuat kisah tentang hewan kesayangan, sementara ia adalah penganut aliran suci Kamasutra.

Boleh saja sih, ada beastality. Tapi, jijay semprul Ah!

Lantas, bagaimana cara Acek meng-konter teori Engkong? Perlu diingat, dua perbedaan perilaku yang paling mendasar dari Engkong dan Acek adalah masalah mazhab. Don Bekicot vs Don Juan. (baca: om senang).

Engkong suka konfrontasi, Acek suka perdamaian. Ada cara terbaik bagi para Kompasianer untuk tetap menulis sembari mengikuti Topil.

Engkong bilang yang paling susah adalah fiksianer. Tapi, bagi Acek justru itu paling gampang. Acek akan berikan contoh dari sebuah puisi karya Engkong sendiri.

Lha, di mana? Tiada lain hanya disebar pada grup perpesanan. Ia tidak akan pablis di Kompasiana.

Judulnya: NI PANTUN NGESELIN..! BANGET

Wayang golek makan tape, yang jelek lagi pegang hape...

Gatotkaca makin peyot, yang baca mulai sewot...

Naik kuda sambil minum aqua, Eh ada yang tua lagi baca WA...

Ada kuda berbadan kurus, udah dibilang tua masih baca terus...

Naik kereta ongkosnya murah, Eh yang tua mulai marah...

Tidak usah dilanjutin, kalau dibaca emang bikin marah. Eh...

Jelas pantun jenis beginian tidak akan cocok dengan topil mana pun. Anti tesis dari Karewar. Tapi, dengan sedikit kelihaian bersetubuh, Acek mampu menjadikannya Topil

Nah, sebagai contoh kita ambil tiga topil yang berbeda. Nih, kita ulik.

Topil 1 -  dsp mandalika: "Naik kuda sambil minum aqua. Eh, Engkong lagi intip bule mandi di Mandalika."

Topil 2 -- keselamatan berkendara: "Gatotkaca makin peyot. Eh, Engkong lagi intip bule mandi di jalan raya."

Topil 3 -- kisah mistis: "Tidak usah dilanjutin. Eh, Engkong marah kedapatan intip bule lagi mandi."

Gampang kan. Jadi memang harus diakui bahwa membahas topil harus menggunakan kreativitas. Jangan hanya terpaku dengan apa yang sudah ditulis, berfokuslah dengan apa yang belum ditulis.

Nah, tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan Engkong ya. Acek masih sayang Engkong (dalam tahap normal). Yang pasti, Acek cuma mau bilang, Engkong tanpa risakan bak sarung tanpa daleman.

Dikunyah sepet, dijilat tawar, ditelan pahit! Amsiong!!!

**

Acek Rudy for Kompasiana

Warning: Artikel ini hanya untuk Kompasiana. Tidak untuk dipublish pada majalah porno atau situs-situs ghoib. Titik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun