Engkong menyontohkan para fiksianer.
Bagaimana mungkin seorang penulis fiksi dipaksa untuk membuat kisah tentang hewan kesayangan, sementara ia adalah penganut aliran suci Kamasutra.
Boleh saja sih, ada beastality. Tapi, jijay semprul Ah!
Lantas, bagaimana cara Acek meng-konter teori Engkong? Perlu diingat, dua perbedaan perilaku yang paling mendasar dari Engkong dan Acek adalah masalah mazhab. Don Bekicot vs Don Juan. (baca: om senang).
Engkong suka konfrontasi, Acek suka perdamaian. Ada cara terbaik bagi para Kompasianer untuk tetap menulis sembari mengikuti Topil.
Engkong bilang yang paling susah adalah fiksianer. Tapi, bagi Acek justru itu paling gampang. Acek akan berikan contoh dari sebuah puisi karya Engkong sendiri.
Lha, di mana? Tiada lain hanya disebar pada grup perpesanan. Ia tidak akan pablis di Kompasiana.
Judulnya: NI PANTUN NGESELIN..! BANGET
Wayang golek makan tape, yang jelek lagi pegang hape...
Gatotkaca makin peyot, yang baca mulai sewot...
Naik kuda sambil minum aqua, Eh ada yang tua lagi baca WA...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!