Sebagai fasilitas umum, maka ada areal untuk restoran, fasilitas olahraga, hingga bioskop. Untuk menjamin kelangsungan hidup, pabrik pendukung dan gudang pun rencananya akan dibuat di sana.
Selama beberapa dekade berikutnya, seiring dengan pudarnya kekhwatiran serangan bom atom, daerah tersebut menjadi semakin komersil. Hotel dan penginapan murah pun dibangun oleh komunitas lokal yang tinggal di sana.
Jika kota bawah tanah ini tetap dibiarkan dihuni oleh Suku Tikus, maka tidak tertutup kemungkinan, kelak Beijing akan terbelah dua. Mereka yang tinggal di atas tanah, dan yang berada di bawah tanah. Sebuah fenomena yang mungkin hanya bisa ditemukan pada film-film Hollywood saja.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H