Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Berkenalan dengan Suku Tikus di Beijing

24 November 2021   04:39 Diperbarui: 24 November 2021   04:45 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Ji kerja serabutan. Mengais rezeki dari seluruh penjuru kota. Anak mereka, Ji Fei Xiang baru saja datang dari kampung. Ia sudah beranjak dewasa dan merasa tidak punya masa depan di kampungnya, Anhui yang miskin.

Ia ingin mencoba peruntungannya di kota besar, mengikuti jejak orangtuanya yang sudah lama merana.

Tapi, tidak semua penduduk Suku Tikus miskin. Ada bagian yang masih lumayan. Bentuknya seperti kamar kos, bersih, layak huni, kecuali tidak ada jendela.

Bahkan ada pula yang sampai menyewa jasa desainer, agar bilik mereka menjadi tempat yang lebih Instagramable.

Di sanalah Wei Kuwan tinggal. Ia adalah seorang pemuda dengan penghasilan bulanan yang lumayan tinggi. Gajinya sekitar 64 juta rupiah per bulan. Alasannya memilih tempat tinggal di Kampung Tikus cukup klasik -- Takut jatuh miskin.

Sebabnya, di atas sana harga sewa apartemen meningkat tajam. BBC melaporkan, pada tahun 2017, harga sewa bulanan di Beijing bisa mencapai sekitar 9 juta rupiah per bulan. Beda jauh dengan harga sewa 265 ribu per bulan yang harus dibayar Wei Kuwan.

Tempat tinggal ini secara teknis illegal. Namun itu sesudah tahun 2012. Sebelumnya, pemerintah malahan menyarankan penduduknya untuk terbiasa menetap di sana, jika "situasi terburuk terjadi."

Yang dimaksud dengan "situasi terburuk" adalah jika Uni Soviet menjatuhkan bom atom di sana.

Kendati dua negara komunis terbesar ini terlihat damai, namun sebenarnya pada tahun 1950an, China dan Soviet pernah bersitegang.

RRC yang kalah itu masih dipimpin oleh Mao Zedong menganggap "Perang Dingin" sudah mencapai puncaknya pada tahun 1969. Seperti kekhwatiran Amerika pada tahun 80an, Mao juga memprediksi bahwa bom atom hanyalah masalah waktu. Mereka pun tak segan meluncurkannya jika dianggap perlu.

Dikeluarkanlah instruksi. Seluruh penduduk Beijing harus menggali terowongan bawah tanah di bawah rumah. Fungsinya untuk berlindung dari serangan bom atom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun