Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Roy Chapman Andrews, Indiana Jones Dunia Nyata

21 November 2021   05:40 Diperbarui: 21 November 2021   05:41 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, di dunia nyata adalah Roy Chapman Andrews yang kisah petualangannya paling menyerupai Indiana Jones. Tentu saja tanpa Nazi, wajah yang lumer, atau jantung yang dicabut keluar dengan tangan.

Kendati demikian, kisah Roy tetap yang paling mendekati.

Roy lahir di Beloit, Wisconsin, Amerika Serikat pada tahun 1884. Sejak kecil ia sudah senang menjelajahi hutan dekat tempat tinggalnya. Ketika berumur 9 tahun, Roy mendapat hadiah sepucuk senapan berburu.

Ia kemudian menjadi pemburu jitu dan pandai menyumpal hewan buruan yang sudah mati menjadi kelihatan hidup (taxidermy). Kelihaiannya berburu dan melakoni seni taxidermy yang kemudian membiayai kuliahnya.

Sejak kecil, Roy telah bercita-cita ingin menjadi petualang. Ia menyenangi segala jenis aktivitas berbahaya. Namun, sebuah kejadian penting mengubah hidupnya.

Pada saat masih berstatus mahasiswa, Roy berburu bebek dengan seorang kawannya. Lokasi yang dituju adalah sungai berbatu cadas dan berarus deras di Wisconsin.

Sebuah kecelakaan maut membuat sampan yang mereka tumpangi terbalik. Roy beruntung bisa menggapai batang pohon di pinggiran sungai. Tapi, nahas bagi kawannya. Ia meninggal terseret arus.

Kejadian tersebut sempat membuat Roy trauma. Namun, kecintaanya terhadap aksi adrenalin tidak pernah mengurangi niatnya berpetualang. Titik balik yang ia dapatkan dari kejadian tersebut adalah; Jangan pernah meremehkan prosedur keamanan.

Setelah tamat kuliah pada tahun 1906, Roy pun pindah ke New York untuk bekerja pada American Museum of National History. Meneruskan keinginannya yang terpendam sejak ia masih kecil.

Sayangnya, museum tersebut sedang tidak menerima pegawai. Tapi, Roy tidak putus asa. Ia tetap ingin bekerja di sana. Jadilah Roy memulai karirnya sebagai jongos. Membersihkan gedung, menjadi pesuruh, hingga pekerjaan-pekerjaan tidak penting lainnya. Semuanya dilakukan secara sukarela tanpa bayaran.

Ia bahkan menolak beberapa pekerjaan yang lebih menjanjikan demi keinginannya bekerja di museum. Hingga usahanya pun membuahkan hasil. Pada saat ada lowongan, Roy diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun