Malang bagi Nak, pada saat melahirkan, ia mengalami komplikasi fatal. Nak meninggal bersama bayinya karena kehabisan darah.
Nak sangat mencintai Tid Mak, sehingga tetap bergentayangan di dunia manusia sebagai arwah.
Ketika Tid Mak kembali, ia tidak tahu tentang kabar kematian istrinya. Saat ia disambut oleh istri dan anaknya yang lucu, Tid Mak pun tidak tahu jika mereka adalah hantu gentayangan.
Nak sangat bahagia bisa berkumpul kembali bersama suaminya. Tidak rela kehilangan segalanya, Nak pun berubah menjadi setan pembunuh. Siapa pun yang hendak membocorkan rahasia dirinya kepada Tid Mak, dibunuh olehnya.
Hingga suatu waktu, Tid Mak secara tidak sengaja bertemu dengan tetangganya yang usil. Sang tetangga pun membocorkan rahasia Nak kepada Tid Mak. Ia menyuruh Tid Mak untuk mengintip istrinya jika sedang beraktivitas sendirian di rumahnya.
Tid Mak pun mengikuti saran tetangganya. Betapa kaget dirinya ketika melihat Nak berkelakuan tidak seperti orang biasa pada umumnya, seperti tangannya yang bisa memanjang meraih barang-barang yang jauh darinya.
Syahdan, Tid Mak pun percaya jika istrinya itu bukanlah manusia biasa. Ia adalah hantu gentayangan. Tid Mak pun melarikan diri dan bersembunyi di sebuah kuil yang tak dapat dijangkau oleh Nak.
Ketika Nak menyadari jika Tid Mak telah meninggalkannya, ia pun naik pitam. Kesedihan berubah menjadi kemarahan. Nak berubah menjadi semakin kejam dengan membunuh orang-orang sekampung.
Seorang dukun sakti pun muncul. Ia berhasiil menangkap Nak dan memasukkan arwahnya ke dalam toples dan dibuang jauh-jauh.
Cerita tidak berakhir sampai di situ. Selama bertahun-tahun desa tersebut hidup dengan damai. Namun, secara tak disengaja, seorang anak kembali melepas toples yang mengurung Nak. Alhasil teror kembali terjadi.
Untungnya seorang biksu hebat bernama Somdej Toh bersedia membereskan kekacauan tersebut. Dengan kesaktiannya, sang biksu kembali mengurung Nak.