Lumpia, Cinta Pak Tjoa dan Mba Wasih
Kota Semarang terkenal dengan Lumpia. Memang demikian, karena jenis jajanan yang satu ini adalah perpaduan dari budaya Tionghoa dan Jawa. Ia tidak berasal dari negeri China.
Lun dalam bahasa Hokkian artinya lunak. Sementara pia sendiri artinya kue. Awalnya, makanan ini tidak digoreng. Sehingga dengan kulitnya yang halus, jadilah lunak rasanya. Namun, budaya Jawa kemudian menyatu, setelah cinta Bersatu.
Alkisah seorang perantau asal Fujian yang bernama Tjoa Thay Joe. Ia membuka warung dengan menu Lumpia khas China. Ada daging babinya. Syahdan, suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita Jawa bernama Mba Wasih.
Mba Wasih juga menjual makanan yang hampir mirip. Hanya saja isinya adalah kentang dan udang kecil. Rasanya pun lebih manis.
Seiring waktu berjalan, mereka pun jatuh cinta dan menikah. Bisnis mereka kemudian dilebur menjadi satu dan jadilah lumpia Semarang seperti yang kita kenal sekarang.
Kesempurnaan rasa tercapai. Daging babi digantikan ayam. Rebung pun ditambahkan dengan kulit resep asli Tionghoa. Pemilihan udang dan telur dilakukan dengan baik sehingga tidak amis. Tidak lupa pula saus manis khas dengan acar dan lokio.
**
Nah, ini adalah 5 jenis makanan yang kedengarannya China, tapi tidak bisa ditemukan di negeri asalnya. Indonesia ini memang kaya budaya. Apa yang dianggap asing belum tentu aseng. Pembauran sudah terjadi sejak zaman dulu. Bukanlah hak penerus bangsa untuk menghancurkannya.
SalamAngka