Sodom dan Gomora adalah kisah yang tertera dalam kitab suci agama Samawi. Disebutkan sebagai contoh terbaik atas hukuman Tuhan akibat dosa besar manusia yang tak bisa diampuni.
Konon Tuhan yang marah lantas menurunkan hujan api dan belerang atas dua kota tersebut. Tidak ada yang bisa selamat, manusia, hewan, hingga tumbuh-tumbuhan mati terbakar.
Kisah ini pun menjadi pelajaran. Dosa besar yang dimaksud adalah percintaan sesama jenis. Bahkan hingga kini, kata Sodomi digunakan dalam berbagai bahasa untuk menjelaskan hubungan seks anal.
Kisah dalam kitab suci tidak perlu pembuktian. Bagi para pemeluk agama Samawi, keyakinan lebih kuat daripada jejak sejarah.
Namun, ternyata para saintis berhasil menemukan jejak dari kota Sodom. Tepatnya pada situs Tall el-Hammam yang kini berada di wilayah Yordania.
Situs ini berasal dari zaman perunggu sekitar 3700 tahun lalu. Terdapat tembok dengan tinggi 15 meter, tebal 30 meter, dan membentang sepanjang 2,5 kilometer.Â
Bagaimana dengan hukuman Tuhan?
Para arkeolog menghubungkannya dengan ledakan meteor di atas langit. Gelombang panas beradiasi pun menghancurkan area tersebut hingga lenyap tak berbekas. Panasnya antara 8.000 hingga 12.000 derajat celcius.
Ledakan meteor di atas langit ini juga pernah terjadi di abad modern. Di Tunguska pada tahun 1908 dan Chelyabisk pada Februari 2013. Kedua lokasi ini berada di Rusia.
Petaka di Chelyabisk, membuat sekitar 1200 orang cedera. Sebagian besar akibat kaca jendela yang pecah. Selain itu, hampir 3000 bangunan rusak di sekitar sana akibat gelombang kejut yang dihasilkan.
Namun, ledakan meteor pada situs Tall el-Hammam diduga jauh lebih besar. Diperkirakan setara dengan bom nuklir dengan kekuatan 10 megaton. Alias 1000 kali lebih kuat daripada bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Bagaimana Para Ilmuwan Tahu tentang Ledakan ini?
Phillip Silvia dan Steven Collins, dari Trinity Southwestern University menemukan fakta bahwa kerusakan yang terjadi pada dinding kota memiliki pola arah tertentu.
Juga ditemukan batu yang berbobot 600 gram yang dulunya berasal dari tiga buah batu berbeda. Batu-batu tersebut menyatu akibat meleleh karena panas yang luar biasa.
Pada permukaan batu, ditemukan kristal zircon. Semakin mengukuhkan bahwa ia pernah terpapar suhu hingga 12.000 derajat celcius selama beberapa detik.
Thus, kawasan ini menjadi area yang tak bisa ditempati selama 700 tahun lamanya. Pada hasil penelitian geokimia terhadap tanah di situs Tall el-Hammam, ditemukan lapisan garam dan sulfat dengan kadar yang cukup tinggi.
Senada dengan kitab suci yang mengatakan jika Tuhan menjadikan Sodom pelajaran bagi generasi selanjutnya dengan mengubahnya menjadi danau mati. Aromanya tidak sedap, airnya tak bisa dimanfaatkan, dan tanah menjadi kering dan tandus.
Para ilmuwan memang berhasil menghubungkan cerita dari kitab suci dan kejadian nyata. Perkiraan letak dan kondisi situs cukup menyerupai kisah yang ada.
Meskipun demikian, para ahli tidak bisa membuktikan apakah di tempat tersebut dulunya terjadi praktik seks menyimpang. Namun, mungkin tidak perlu dipermasalahkan lagi. Sebabnya seks menyimpang itu akan selalu ada sepanjang masa.
Lagipula, defenisi dari penyimpangan seks itu memiliki standar ganda. Tidak elok rasanya menggunakan nama Tuhan untuk membuat pernyataan. Ada yang namanya hak azasi dan privasi manusia yang harus dijaga.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H