Rumor yang beredar, konon Tri tidak memberikan jaminan kepada Soeharto terhadap keselamatan anak-anaknya, jika ia ditunjuk menjadi pengganti Soeharto. Namun, ini adalah kisah tak berdasar.
Salim Said dalam peringatan HUT ke-82 Habibie (24.06.2019) mengatakan jika sosok yang mencuat adalah mereka yang dianggap tidak memiliki ancaman bagi keluarga Soeharto.
Kendati demikian, saat itu belum ada satu sosok pun yang mengerucut secara resmi, "atas perintah presiden." Bahkan Habibie yang terpilih menjadi Wapres juga bukan calon pengganti.
Keputusan akhir baru kelihatan menjelang akhir-akhir masa pemerintahan Soeharto. Dan ia adalah Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut, putri sulung Sang Presiden sendiri.
Kaum kolonial pasti mengingat manuver politik yang terjadi pada era akhir 90an. Tahun 1996 adalah masa penantian. Ketika Soeharto kembali mencalonkan diri, publik pun kecewa. Tahun 1997 ditandai dengan kerusuhan dan turbulensi ekonomi RI. Soeharto yang terpilih kemudian mengangkat kroni-kroninya dalam jajaran kabinet. Termasuk Tutut yang menjadi Menteri Sosial.
Penunjukan Tutut bukannya sporadis. Soeharto telah mempersiapkannya. Sejak awal 90an, Tutut telah dipandu ayahnya untuk terjun ke dunia politik. Ia duduk dalam kepengurusan DPD Golkar beserta adiknya, Bambang Trihatmodjo.
Jajaran ABRI pun diamankan. Soeharto tidak ingin jika pimpinan ABRI didominasi oleh sebuah figur yang terlalu dominan, seperti Jenderal L.B. Moerdani. Hal tersebut akan menyulitkan Soeharto untuk mengontrolnya.
Sosok yang terpilih adalah Jenderal Raden Hartono. Pertimbangannya adalah karena Hartono juga erat dengan kaum muslim. Ia diharapkan menjadi perimbangan antara kekuatan militer dan massa Islam. Juga yang terpenting, Hartono dianggap sebagai perwira yang loyal.
Kendati senyap, pengaruh Tutut cukup kuat dalam "melenyapkan" lawan-lawan politiknya. Termasuk Gus Dur dan Megawati. Rezim Soeharto takut jika PDI bergabung bersama NU.
Peristiwa Kudatuli pada tahun 1996 menandai aksi paksa rezim Soeharto menjatuhkan kekuatan politik Megawati. Sebelumnya, pada tahun 1994, Gus Dur diserang secara internal dan eksternal menjelang Muktamar NU ke-29.
Megawati berhasil dibungkam, tapi tidak Gus Dur. Tutut pun bermanuver. Ia lantas menggaet Gus Dur pada tahun 1996. Tujuannya untuk menggaet simpati massa Muslim.