Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuil Aphrodite, Wisata Seks Zaman Kuno

5 Oktober 2021   06:55 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:00 2369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah Festival Floralia yang menjadi simbol kebejatan Romawi. Orang-orang bebas datang untuk berpesta. Menari, menikmati musik, hingga seks bebas seusai acara.

Begitu pula dengan Pesta Bacchalania. Jika Festival Floralia lebih terbuka, Bacchalania sifatnya lebih privat. Pesta ini dianggap merupakan bagian dari ritual pemujaan Dewa Anggur atau Dewa Kesuburan.

Menikmati anggur layaknya menikmati kebebasan. Seks berjemaah adalah intinya. Melampiaskan hasrat kepada siapa pun, tanpa terkecuali.

Bisa dihadiri oleh pasutri, dan mereka bisa saling bertukar pasangan. Para remaja putri yang sudah dewasa juga bisa melepas keperawanannya di ajang suci ini.  

Persepsi Moralitas Seksual Zaman Dulu dan Sekarang

Kita bisa saja berpersepsi, moralitas manusia zaman kuno ternyata bobrok. Namun, harus diingat pandangan seksualitas itu berbeda-beda pada setiap masa.

Nyatanya di dunia modern kita juga tidak kalah amoral. Bedanya hanya pada tatanan sosial bermasyarakat yang lebih sesuai zaman. Apa yang dianggap tabu sekarang, bisa jadi adalah hal yang umum dulunya. Demikian pula apa yang sudah biasa saat ini, sebelumnya mungkin adalah larangan.

Persepsi ini muncul karena kita melihat masa lalu sebagai cerminan masa kini. Padahal belum tentu demikian. Aturan yang dibuat terkait dengan kondisi umum masyarakat saat itu. Semua adalah gagasan tentang benar dan salah.

Yang bisa kita lakukan adalah dengan mengambil pelajaran. Sesuatu hal jangan dilihat dari satu sisi saja. Namun, pada sisi lain jangan pula dijadikan alasan untuk pembenaran. Pada akhirnya moralitas itu bukanlah aturan. Semua tentang nurani dan naluri kita terhadap menyikapi orang lain.

Kuncinya: Lakukanlah sesuatu sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Referensi: 1 2 3 4 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun