Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuil Aphrodite, Wisata Seks Zaman Kuno

5 Oktober 2021   06:55 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:00 2369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para turis yang datang bebas memilih. Tidak ada tarif, namun harga sesuai "barang." Penyucian pun dilakukan di dalam kompleks kuil. Di luar gedung pemujaan, sudah banyak bilik tersedia.

Para wanita tersebut harus menginap di Kuil Aphrodite, hingga ia berhasil menunaikan kewajibannya.

Wanita dari kaum bangsawan hadir dengan kereta kuda tertutup. Lengkap dengan pengawalan ketat. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk berada di sana. Lelaki mana pun akan tergoda menggauli wanita cantik berdarah biru.

Sementara perempuan yang buruk rupa, kadang harus berada di sana hingga berhari-hari, bahkan mungkin tahunan. Hingga rakyat jelata yang miskin memilih mereka dengan bayaran yang sedikit.

Mengejutkan, uang hasil "melacurkan diri" tersebut kemudian disumbangkan demi kejayaan Kuil Aphrodite.

Dan teryata ritual ini tidak saja terjadi di Phapos, yang menurut legenda adalah kota kelahiran Aphrodite. Tapi, juga di Babylon, Byblos, dan Baalbek, yang sekarang adalah bagian dari wilayah Turki.

Praktik ini terus berlangsung, hingga kekaisaran Romawi berkuasa. Namun, pelarangan ritual Aphrodite tidak serta merta membuat bangsa Romawi lebih bermoral.

Penguasa dan rakyatnya terkenal sama-sama bejat. Ada Nero, Caligula, hingga tragedi Pompeii. Dibanding bangsa Yunani, mereka hanya lebih mengerti bagaimana "menangani" para wanita dan budaknya. Tidak perlu bantuan dewa.

Para lelaki yang superior memiliki izin khusus untuk mengencani semua wanita tanpa kecuali. Izin mereka tidak saja untuk mengunjungi rumah pelacuran di seantero negara, tetapi lebih daripada itu.

Pria Romawi berhak menikmati tubuh budak wanitanya, melakukan praktik poligami, seks bebas, hingga meniduri istri orang lain. Begitu bebas, begitu tak terkendali.

Bahkan simbol superioritas mereka dilakukan dengan cara yang tidak bermoral. Para lelaki yang baru saja menikah dianggap hebat jika bisa melewatkan malam pertama bersama wanita lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun