Jika strategi ini benar, maka kecanggihan konspirasi tingkat tinggi ini tidak main-main. Ujeng pun dihubungkan dengan CIA, badan intelijen Amerika yang digosipkan punya andil besar atas jatuhnya Soekarno.
Jadi, kesimpulannya, kemungkinan Ujeng adalah agen CIA yang meniupkan isu tentang Dewan Jenderal, untuk memancing PKI bertindak duluan. Tapi, sekali lagi ini hanyalah isu tak mendasar.
Tidak ada dokumentasi kedekatan Ujeng dengan CIA. Akan tetapi, Willem bisa menghubungkannya.
Pada tahun 1967, Elliot Haynes, ketua BIC (Business International Corporation) memberikan pernyataan di hadapan Nasution. Ia menyebutkan bahwa semua investasi Amerika ke Indonesia, harus melewati perantaraan Ujeng.
Pernyataan ini diduga semacam aksi balas jasa kepadanya dari pemerintah AS.
Ujeng tidak saja melakukan petualang berbahanya atas perintah petinggi TNI AD. Sebagai keturunan Tionghoa, sudah sejak lama ia mempelajari komunis. Namun, ia tidak setuju dengan ideologi tanah leluhurnya ini. Ujeng adalah seorang anti komunis.
Aksinya sebagai "duta besar" TNI juga bukan kali pertama. Dalam operasi Pembebasan Irian Barat, Nasution sudah pernah menggunakan jasa Ujeng.
Ia pernah dikirim ke Belanda untuk melobi tokoh berpengaruh di sana. Tujuannya untuk meminta dukungan dari dalam negeri untuk melawan kebijakan Belanda menguasai Papua.
Sebagai seorang sipil, Ujeng memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa ini.
Ujeng pernah diwawancarai oleh Harold Couch, seorang pakar militer dari Univesitas Nasional Australia pada tahun 1973. Ia menuturkan banyak hal tentang konflik internal TNI AD kepada Harold.
Atas informasi A1 yang didapatkan, Harold pun memberikan julukan kepada Ujeng; "Warga sipil yang bertugas di dinas rahasia militer Indonesia."